KAWASAN DESIGN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN PENERAPANNYA PADA PAI
Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teknologi
Pendidikan Islam
Dosen
Pengampu: Nisrokha, S.Pd.I.,M.Pd
Kelompok 1:
1.
Uswatun Khasanah (3130035)
2.
Sundari Yulianingsih (3130010)
3.
Baharudin Yusuf Maulana (3130043)
Sekolah
Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Pemalang
Tahun
Ajaran 2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
Kasawan
desain mempunyai asal-usul dari gerakan psikologi pembelajaran. Beberapa faktor
pemicunya adalah 1) Artikel tahun 1954 dari B.F. Skinner “The Science of Learning and theArt of Teachig” disertai teorinya
tentang pembelajaran berprogram : 2) buku tahun 1969 dari Herbert Simon “The Science of Artificial” yag membahas
karakteristik umum dari pengetahuan perskriptif tentang desain: dab 3)
pendirian pusat-pusat desain bahan pembelajaran dan terprogram, sepert : “Learning Resauce and Development Center”
dalam kurun waktu tahun 1960;an dan Rebert, direktur dari pusat tersebut,
mnulis dan membicarakan tentang desain pembelajaran sebagai inti dari teknologi
pendidikan (Glaser 1976). Banyak landasan psikologi pembelajaran dari kawasan
desain berkembang dari asosiasi dengan pittsburgh ini. Hal ini bukan hanya
karena pittsburgh, tetapi juga karena makalah skinner yang berpengaruh tersebut
di atas dipresentasikan pertama kali di pittsburgh sebelum kemudian
dipublikasikan pada tahun tersebut (Spencer 1988).
Melengkasi
dari psikologi pembelajaran tersebut ialah pengaplokasian teori sistem dalam
pembelajaran. Melalui Jim Finn and Loenard Silvern. Pendekatan sistem pembelajaran secara
bertahap mulai berkembang menjadi suatu metodologi dan mulai memasukkan gagasan
dari psikologi pembelajaran. Pendekatan sitem telah memicu timbulnya gerakan
desain sistem pembelajaran seperti yang dicontohkan dalam penggunaan proses
pengembngan pembelajaran di pendidikan tinggitahun 1970’an (Gustafson dan
Dratton 1984). Perhatian terhadap desain pesan juga berkembang selama akhir
tahun 1960’an pada awal tahun 1970’an Kolaborasi antara Rebort Gagne dan Leskie
Briggs pada American Institutes for Research di tahun 1960’an (juga di
pittsburgh) dan di Frifrida State University dalam tahun 1970’an telah
menggabungkan keahlian psikologi pengembangan dengan bakat dalam desain sistem.
Secara bersama meraka telah membuat konsep desain pembelajaran menjadi hidup
(Briggs 1968, Brigg 1977, Briggss, Campeau, Gegne dan May 1967, Gagne 1965,
Gagne 1989, Gagne dan Briggs 1974).
Kawasan
desain pembelajaran kadang-kadang dikaburkan dengan pengembangan, atau bahkan
dengan konsep yang lebih luas dari pebelajaran itu sendiri. Akan tetapi
definisi ini membatasi desain pada fungsi perencanaan, baik pada tingkat micro
maupun pada tingkat macro. Sebagai konsekuensinya, dasar pengetahuan kawasan
tersebut menjadi rumit serta memerlukan sederetan model-model prosedural, model
konseptual, dan teori. Walaupun demikian landasan pengetahuan dari bidang
apapun tidaklah bersifat statik. Demikian pula halnya dengan desain
pembelajaran sekalipun berlandasan pada kerangka pengetahuan tradisional yang kokoh.
Lebih-lebih karena hubungannya yang erat
antara desain pembelajaran dan kawasan lain dari teknologi pembelajaran,
landasan pengetahuan desain juga berubah untuk menjaga konsistensi dengan
kawasan pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian.
Teori
desain jauh lebih maju dibandingkan dengan bidang lain yang mempunyai hubungan
erat dengan tradisi praktek dalam membangun landasan pengetahuan. Namun dalam
hal pengetahuan teknologi, penelitian dan teori dasain hampir selalu mengikuti
eksplorasi kaum praktisi mengenai kemuskilan dan kemampuan perangkat keras atau
perangkat lunak yang baru. Terutama pada masa sekarang ini. Tantangan untuk
para akademisi dan para praktisi keduanya sama, yaitu melanjutkan untuk
merumuskan dasar pengetahuan disamping menanggapi tekanan dari tempat kerja.[1]
Pada makalah ini akan di jelaskan mengenai kawasan
desain teknologi pendidikan dan penerapannya yang mencakup desain system
pembelajaran, desain pesan, desain strategi instruksional dan karakteristik
pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kawasan Desain Teknologi
Pendidikan
Desain
adalah proses untuk menentukan kondisi belajar. Tujuan desain ini ialah untuk
menciptakan strategi dan produk pada tingkat macro, seperti program dan
kurikulum, dan pada tingkat micro, seperti pada pelajaran dan modul. Definisi
ini sesuai dengan defisini dasain sekarang yang mengacu pada penentuan
spesifikasi (Ellington dan Harris 1986, Reigeluth 1983, Richey 1986). Berbeda
dengan defisini terdahulu definisi inilebih menekankan pada kondisi belajar
bukannya pada komponen-komponen dalam suatu sistem pembelajaran (Wellington,
et.al,1970). Jadi ruang lingkup desain pembelajaran telah diperluas dari sumber
belajar atau komponen individual sistem ke pertimbangan maupun faktor-faktor,
pertanyaan-pertannyaan serta alat-alat yang digunakan untuk mendesain
lingkungan.[2]
Teknologi adalah penerapan secara sistemik dan
sistematik konsep-konsep ilmu perilaku dan ilmu yang bersifat fisik serta
pengetahuan lain untuk keperluan pemecahan masalah.
Teknologi pembelajaran adalah penerapan secara
sistemik dan sistematik strategi dan teknik yang di ambil dari konsep ilmu
perilaku dan ilmu yang bersifat fisik serta pengetahuan lain untuk keperluan
pemecahan masalah pembelajaran.
Teknologi pendidikan merupakan penggabungan antara
teknologi pembelajaran , teknologi belajar, teknologi perkembangan, teknologi
pengelolaan dan teknologi lain seperti yang diterapkan untuk keperluan
pemecahan masalah pendidikan.
Mengacu pada kategori yang dibuat AECT, definisi
diatas mungkin baru menggambarkan teknologi pendidikan sebagai suatu kontruksi
teoritis, yaitu suatu abstraksi yang mencakup serangkaian ide dan prinsip
tentang bagaimana pendidikan dan pembelajaran harus dilaksanakan dengan
menggunakan teknologi.[3]
Dapat dikatakan bahwa desain teknologi pendidikan
merupakan proses untuk menentukan kondisi belajar dengan menggunakan teknologi
yang diterapkan dalam memecahkan masalah pendidikan atau pembelajaran.
B.
Kawasan Desain Teknologi Pendidikan
Kawasan
desain paling tidak meliputi empat cakupan utama dari teori dan praktek.
Cakupan ini dapat didentifikasi karena masuk dalam lingkup pengembangan
penelitian dan teori. Kawasan desain meliputi studi mengenai desain sistem
pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran dan karakteristik pelajaran.
Definis dan deskripsi dari masing-masing daerah liputan tersebut adalah sebagai
berikut.[4].
1. Desain sistem pembelajaran.
Desain
sistem pembelajaran (DSI) adalah prosedur yang terorganisasi yang meliputi langkah-langkah
penganalisisan, perancangan, pengembangan, pengaplikasian dan pnilaian
pembelajaran. Kata desain mempunyai pengertian tingkat macro maupun micro
karena merujuk pada pendekatan sistem maupun langkah-langkah dalam pendekatan sistem.
Setiap langkah dalam proses mempunyai landasan teori dan praktek sendiri
seperti halnya pada semua proses DSI. Dalam istilah yang sederhana,
penganalisisan adalah proses perumusan apayang akan dipelajari, perencanaan
adalah proses penjabaran bagaimana caranya hal tersebut akan dipelajari,
pengembangan adalah proses penulisan dan pembuatan atau produksi bahan-bahan
pembelajaran, pelaksanaan adalah pemanfataan bahan dan strategi yang
bersangkutan, dan penilaian adalah proses penentuan ketepatan pembelajaran. DSI
biasanya merupakan suatu proedur linier dan interaktif yang menuntut kecermatan
dan kemantapan. Karakteristik dari proses ini yaitu bahwa semua langkah harus
tuntas agar dapat berfungsi sebagai alat untuk saling mengontrol. Dalam DSI,
proses sama pentingnya dengan produk sebab kepercayaan atas produk berlandaskan
pada proses.
2. Desain Pesan
Pesan adalah informasi yang akan disampaikan oleh
komponen lain, dapat berupa ide, fakta, makna dan data. Pandangan lain
dikemukakan bahwa message atau pesan
pada dasarnya adalah hasil output dan
encording. Atau dengan kata lain
pesan bentuknya bias berupa kalimat pembicaraan lisan, tulisan, gambar, peta,
ataupun tanda/impulse/sinyal dan
sebagainya. [5]
Desain
pesan meliputi “ perencanaan untuk merkayasa bentuk fisik dari pesan”
(Grabowski 1991 : 206). Hal tersebut mencakup prinsip-prinsip perhatian,
persepsi dan daya serap yang mengatur penjabaran bentuk fisik dari pesan agar
terjadi komunikasi antara pengirim dan penerima. Fleming and Levie (1993)
membatasi pesan pada pola-pola isyarat atau symbol yang memodifikasi perilaku
kognitif, afektif dan psikomotor. Desain pesan berurusan dengan tingkat paling
mikro melalui unit-unit kecil seperti bahan visual, urutan, halaman dan layar
secara terpisah. Karakteristik lain dari desain pesan ini adalah bahwa desain
harus bersifat spesifik baik terhadap medianya maupun tugas belajarnya. Hal ini
mengandung arti bahwa prinsip-prinsip desain pesan akan berbeda tergantung pada
apakah medianya bersifat statis, dinamis atau kombinasi dari keduanya
(misalanya, suatu potret, film, atau grafik computer). Juga apakah tugas
tersebut meliputi pembentukan konsep atau sikap, pengembangan keterampilan atau
strategi belajar, atau hafalan. (Fleming, 1987; Fleming dan Levie, 1993).[6]
Fisher (1986: 365) mengingatkan bahwa pesan dalam
model mekanistis ditransformasikan pada titik-titik (saat-saat) penyandian dan
pengalihan sandi sehingga pesan itu sendiri berupa pikiran atau ide berada pada
suatu tempat dalam system jaringan syaraf (neurophysiological),
dan sumber atau penerima dan setelah penyandian terjadi dalam suatu situasi
tatap muka, ditransformasikan fenomena energy fisik itu kembali kedalam kata
petunjuk paralinguistic, isyarat dan pikiran.
Namun dalam bentuk energy fisik antara sumber atau penerima, pesan itu bukanlah
merupakan pikiran, bukan pula berupa kata-kata. Akan tetapi, ia merupakan
seperangkat isyarat (signal) fisik.
Pesan adalah sesuatu yang dikirimmkan dan atau
diterima sewaktu tindakan komunikasi berlangsung. Pesan dapat dikirimkan baik
melalui bahasa verbal maupun nonverbal. Pesan juga merupakan suatu wujud
informasi. Akan tetapi perlu disadari bahwa suatu pesan bias mempunyai makna
yang berbeda bagi satu individu ke individu lain, karena pesan berkaitan erat
dengan masalah penafsiran bagi penerimanya.
a)
Karakteristik Pesan
Pesan dalam media massa diupayakan agar khalayak akan
tertarik apabila pesan mengandung unsur-unsur sebagai berikut.
1)
Novelty (sesuatu yang baru),
dalam penerima pesan melalui audio visual seperti video, pendengar atau pemirsa
akan tertarik apabila yang disajikan sesuatu yang baru, misalnya masalah proses
reformasi yang baru saja berlangsung.
2)
Kedekatan atau proximity, dalam penerimaan pesan audio visual seperti televise,
pendengar atau pemirsa akan lebih tertarik apabila disajikan suatu peristiwa
yang dekat secara fisik dengan pengalamannya.
3)
Popularitas, pemberitaan seorang tokoh yang
popular akan mempunyai daya tarik tersendiri bagi pendengar.
4)
Pertentangan (conflict), sesuatu yang mengungkapkan pertentangan, baik dalam
bentuk kekerasan ataupun menyangkut perbedaan pendapat atau nila, biasanya
disukai pendengar.
5)
Komedi (humor),
hal-hal yang lucu dan menyenangkan akan lebih menarik untuk didengar sehingga
tidak membosankan.
6)
Keindahan, menyenangi keindahan dan
kecantikan adalah salah satu sifat manusia, sehingga siaran yang mengandung
keindahan atau sangat disenangi.
7)
Emosi, sesuatu yang membangkitkan emosi dan
menyentuh perasaan yang merupakan daya tarik tersendiri dalam pengemasan pesan.
8)
Nostalgia, nostalgia disini adalah hal-hal
yang mengungkapkan pengalaman dimasa lalu, seperti nyanyian lama akan
membangkitkan kenangan masa lalu, atau peristiwa bersejarah.
9)
Human
interest, pada dasarnya orang akan menyukai tentang
cerita-cerita yang menyangkut kehidupan orang lain (sendjaja:1993)
Ruben (1992) hanya menyebutkan lima unsur yang
mempengaruhi pesan, yaitu origin, mode,
physical character, organization, dan novelty. Memperhatikan tentang
karakteristik isi pesan di atas, apakah isi pesan pendidikan (pembelajaran)
dapat diramu berdasarkan hal-hal di atas? Sebuah pertanyaan yang sulit dijawab,
namun dapat disimpulkan pada dasarnya pesan pendidikan melalui radio atau
televise dapat dikemas berdasarkan unsur-unsur tersebut. Khusus untuk program
pendidikan yang bersifat pembelajaran (instructional)
tidak semua unsur dapat digunakan, dan apabila akan memasukan unsur-unsur
tersebut, kemasannya harus indah dan tidak vulgar.
Selain unsur-unsur isi pesan, struktur dan teknik
penyajiannya sangat sangat menentukan keberhasilan pesan untuk diterima
pendengar. Selanjutnya Sendjaja (1993) menyimpulkan bahwa bentuk dan teknik
penyajian merupakan factor yang mempengaruhi keberhasilan upaya persuasi.
Secara umum ada dua yang perlu diperhatikan, yaitu struktur pesan dan daya
tarik pesan sendiri.
b)
Struktur Pesan
Struktur pesan mengacu
kepada bagaimana mengorganisasi elemen-elemen pokok dalam sebuah pesan, yaitu
sisi pesan (message sidedness),
urutan penyajian (order of presentation),
dan penarikan kesimpulan (drawing a
conclusion).
1)
Sisi pesan terdiri atas dua bentuk
penyusunan, yaitu satu sisi (one sided)
dan dua sisi (two sided). Penyusunan
pesan lebih banyak menitiberatkan pada kepentingan pihak pengirim saja,
biasanya pesan yang ditonjolkan adalah aspek-aspek positif. Adapun dua sisi
pesan disampaikan dengan segala kelemahan dan kekuatannya.
2)
Urutan penyajian berbentu climax versus anticlimax order dan recency and primacy model. Hal ini
berkaitan dengan pesan satu sisi. Disebut climax
order, bila dalam penyusunan pesan argument terpenting diletakan pada
bagian akhir. Jika dicantumkan pada bagian awal disebut anticlimax order, dan bila ditempatkan ditengah-tengah disebut pyramidal order. Primacy, yaitu model bila dalam menyusun suatu pesan aspek positif
dan negative ditempatkan pada bagian awal. Adapun recency bila aspek positif dan negative ditempatkan pada bagian
akhir.
3) Penarikan
kesimpulan. Membuat suatu kesimpulan dapat secara merata langsung dan jelas (explisit) atau secara tidak langsung (implisit).
c)
Daya Tarik Pesan
Daya tarik pesan
berkaitan dengan teknik penampilan dalam penyusunan suatu pesan, ide yang
meliputi fear (threat) appeals, emotional
appeals, rational appeals dan humor
appeals. Fear (threat) appeals bila dalam menyajikan suatu pesan yang
ditonjolkan unsur-unsur ancaman bahaya sehingga menimbulkan rasa takut, dan
bila penekanan pesan pada hal-hal yang bersifat emosional seperti keindahan, kesedihan, kesengsaraan, cinta dan
kasih saying. Rational appeals bila
pesan tersebut menekankan pada hal-hal yang logis, rasional, dan factual. Humor appeals bila penyajian pesan
dikemas dalam bentuk humor, bias saja dalam bentuk kata, kalimat, gambar,
symbol, atau yang lainnyayang bias menimbulkan kesan lucu.[7]
3.
Desain Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran
adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan peristiwa belajar atau
kegiatan pembelajaran dalam suatu pelajaran. Penelitian dalam strategi
pembelajaran telah memberikan kontribusi terhadap pengetahuan tentang komponen
pembelajaran. Seorang desainer menggunakan teori atau komponen strategi
pembelajaran sebagai prinsip pembelajaran. Secara khas, strategi pembelajaran
berinteraksi dengan situasi belajar. Situasi-situasi belajar ini sering
dinyatakan dalam model-model pembelajaran. Model pembelajaran maupun strategi
pembelajaran yang diperlukan untuk mengaplikasikannya berbeda-beda tergantung
pada situasi belajar. Situasi-situasi belajar situasi-situasi belajar ini
sering dinyatakan dalam model-model pembelajaran. Model pembelajaran maupun
strategi pembelajaran yang diperlukan untuk mengaplikasikannya berbeda-beda tergantung
pada situasi belajar, sifat materi dan jenis belajar yang diinginkan (Joyce dan
Weil, 1972; Merrill, Tennyson, dan Posey, 1992; Reigelith, 1978a). Teori
tentang strategi pembelajaran meliputi situasi belajar, seperti belajar
induktif, serta komponen dari proses belajar atau mengajar, seperti motivasi
dan elaborasi (Reigeluth, 1978b).
Reigeluth
(1983a) membedakan antara strategi mikro dan makro:
a)
Variable strategi mikro adalah metode dasar
untuk mengorganisasikan pembelajaran dalam suatu gagasan tunggal (yaitu sebuah
konsep, prinsip yang tunggal dan sebagainya). Hal tersebut mencakup komponen
strategi seperti definisi, contoh, latihan dan bentuk sajian lainnya.
b)
Variable strategi makro adalah metode dasar
untuk mengorganisasikan aspek-aspek pembelajaran yang berhubungan dengan
gagasan lebih dari satu, seperti mengurutkan, membuat sintesa, dan membuat
ringkasan (memporeview dan mereview) gagasan-gagasan yang diajarkan (h.19).
4. Karakteristik
Pembelajaran
Karakteristik pembelajaran adalah segi-segi
latar belakang pengalaman belajar yang berpengaruh terhadap efektifitas proses
belajarnya. Penelitian mengenai karakteristik pembelajaran sering tumpang
tindih dengan penelitian strategi belajar, akan tetapi hal itu dilakukan dengan
tujuan yang berbeda yaitu untuk menjelaskan segi-segi latar belakang
pembelajaran yang perlu diperhatikan dalam desain. Lingkup karakteristik
pembelajaran menggunakan penelitian tentang motivasi untuk mengidentifikasi
varuabel-variabel yang diperhitungkan dan untuk menentukan bagaimana caranya
hal-hal tersebut harus diperhitungkan. Oleh sebab itu karakteristik
pembelajaran mempengaruhi komponen pembelajaran yang diteliti dalam ruang
lingkup strategi pembelajaran.[8]
BAB III
PENUTUP
Dapat disimpulkan bahwa
kawasan desain teknologi pendidikan merupakan proses untuk menentukan kondisi
belajar dengan menggunakan teknologi yang diterapkan dalam memecahkan masalah
pendidikan atau pembelajaran dengan memperhatikan dan mengemas pembelajaran secara
apik dengan mendesain pesan, strategi pembelajaran yang akan dilaksanakan serta
mengetahuahi karakteristik pembelajaran setiap siswa baik dalam pelajaran umum
ataupun agama.
DAFTAR PUSTAKA
Rita, Barbara, Teknologi Pembelajaran, Jakarta: Unit
percetakan Universitas Negeri Jakarta, 1994.
Uno, Hamzah B, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011.
[1] Barbara rita, Teknologi Pembelajaran, (Jakarta: Unit
percetakan Universitas Negeri Jakarta, 1994), hlm. 32