“ANTROPOLOGI
DAN MUTU PENDIDIKAN”
MAKALAH
Disusun
untuk memenuhi tugas
Mata
Kuliah: Antropologi Pendidikan
Dosen
Pengampu: Udiyarto, M.Pd
![]() |
Disusun
Oleh:
IMAM FURQONUDIN
NIM. 3100083
PROGRAM STUDI:
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI ILMU
TABIYAH PEMALANG
TAHUN 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara[1].
Pendidikan juga
dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran, pemberian pengetahuan,
keterampilan dan sikap melalui pikiran, karakter serta kapasitas fisik dengan
menggunakan pranata-pranata agar tujuan yang ingin dicapai dapat dipenuhi.
Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga formal dan informal. Penyampaian
kebudayaan melalui lembaga informal tersebut dilakukan melalui enkulturasi
semenjak kecil di dalam lingkungan keluarganya. Dalam masyarakat yang sangat
kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat, pendidikan memiliki fungsi yang
sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai satu keseluruhan.
Dengan makin
cepatnya perubahan kebudayaan, maka makin banyak diperlukan waktu untuk
memahami kebudayaannya sendiri. Hal ini membuat kebudayaan di masa depan tidak
dapat diramalkan secara pasti, sehingga dalam mempelajari kebudayaan baru diperlukan
metode baru untuk mempelajarinya. Dalam hal ini pendidik dan antropolog harus
saling bekerja sama, dimana keduanya sama-sama memiliki peran yang penting dan
saling berhubungan, sehingga menghasilkan pendidikan yang bermutu. Oleh karena
itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai Antropologi dan mutu pendidikan.
B. Pembatasan Masalah
1. Bagaimana pengertian Antrolpologi dan
Mutu Pendidikan?
2.
Bagaimana
kaitan antara Antroplodi dengan Pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Antroplogi dan Mutu Pendidikan
1. Antropologi
Antropologi adalah
salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat
suatu etnis tertentu.
Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang
melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang
dikenal di Eropa.
Antropologi
lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam
arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip
seperti sosiologi tetapi pada
sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.
Pengertian Antropologi
Antropologi berasal
dari kata Yunani anthropos yang berarti "manusia"
atau "orang", dan logos yang berarti "wacana"
(dalam pengertian "bernalar", "berakal"). Antropologi mempelajari
manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
Antropologi memiliki
dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi
kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan Antropologi dari
disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbandingan/perbedaan
budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi
kontroversi sehingga metode Antropologi sekarang
seringkali dilakukan pada pemusatan penelitian pada penduduk yang merupakan
masyarakat tunggal.
Definisi Antropologi menurut para ahli
Antropologi adalah
studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat
tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap
tentang keanekaragaman manusia.
Antropologi adalah ilmu
yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna,
bentuk fisik masyarakat
serta kebudayaan
yang dihasilkan.
2. Mutu Pendidikan
Defenisi
mutu memiliki konotasi yang bermacam-macam bergantung orang yang memakainya.
Mutu berasal dari bahasa latin yakni “Qualis” yang berarti what kind
of (tergantung kata apa yang mengikutinya).
Mutu adalah
konsep yang absolut dan relatif. Mutu yang absolut ialah mutu yang idealismenya
tinggi dan harus dipenuhi, berstandar tinggi, dengan sifat produk bergengsi
tinggi. Mutu yang relatif bukanlah sebuah akhir, namun sebagai sebuah alat yang
telah ditetapkan atau jasa dinilai, yaitu apakah telah memenuhi standar yang
telah ditetapkan (Usman, 2006 : 408).
Ditinjau
dari sudut hukum, definisi pendidikan berdasarkan undang-undang RI Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), yaitu “pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara”.
Mutu di
bidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan outcome. Input
pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berperoses. Proses pendidikan bermutu
apabila mampu menciptakan suasana yang PAKEM (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif,
dan Menyenangkan).
Output
dinyatakan bermutu apabila hasil belajar akademik dan nonakademik siswa tinggi.
Outcome dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat terserap di dunia kerja, gaji
wajar, semua pihak mengakui kehebatannya lulusannya dan merasa puas (Usman,
2006 : 410). Mutu dalam konteks manajemen mutu terpadu atau Total
Quality Management (TQM) bukan hanya merupakan suatu gagasan, melainkan
suatu filosofi dan metodologi dalam membantu lembaga untuk mengelola perubahan
secara totalitas dan sistematik, melalui perubahan nilai, visi, misi, dan
tujuan. Karena dalam dunia pendidikan mutu lulusan suatu sekolah dinilai
berdasarkan kesesuaian kemampuan yang dimilikinya dengan tujuan yang ditetapkan
dalam kurikulum.
Sedangkan
menurut Hari Sudradjad (2005:17) pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang
mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan atau kompotensi, baik
kompetensi akademik maupun kompetensi kejuruan, yang dilandasi oleh kompetensi
personal dan sosial, serta nilai-nilai akhlak mulia, yang keseluruhannya
merupakan kecakapan hidup (life skill).
B. Kaitan Antara Antroplogi dengan
Pendidikan
Antropologi
adalah kajian tentang manusia dan cara-cara hidup manusia. Antropologi
mempunyai dua cabang utama, yaitu antropologi yang mengkaji evolusi fisik
manusia dan adaptasinya terhadap lingkungan yang berbeda-beda dan antropologi
budaya yang mengkaji baik kebudayaan-kebudayaan yang masih ada maupun
kebudayaan yang sudah punah. Jadi Antropolgi adalah kajian yang mendalam
tentang kebudayaan-kebudayaan tertentu.
Awalnya
antropologi dikenal sebagai konsep kebudayaan yang merupakan satu totalitas (Ruth).
Sementara itu, Boas mempertimbangkan aspek-aspek tertentu dari
kebudayaan yang berbeda, yaitu kebudayaan berfungsi sebagai satu keseluruhan
dalam pola-pola tertentu. Ada banyak pertentangan lain tentang antropologi,
namun semenjak itu inovasi utama yang terjadi adalah kajian tentang kebudayaan
dan kepribadian yaitu tentang proses bagaimana sebuah kebudayaan diinternalisasikan
dan dirubah oleh individu. Jadi antropologi mengkaji aspek-aspek tertentu dari
kebudayaan. Jika sarana sosial lain membicarakan rentangan tertentu, maka
sarjana antropologi mengkaji keseluruhan sejarah umat manusia sebagai bidang
kajiannya. Dengan mempelajari antropologi, kita bisa menyadari keragaman budaya
umat manusia dan pengaruh dalam pendidikan.
Pendidikan
dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran, pemberian pengetahuan,
keterampilan dan sikap melalui pikiran, karakter serta kapasitas fisik dengan
menggunakan pranata-pranata agar tujuan yang ingin dicapai dapat dipenuhi.
Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga formal dan informal. Penyampaian
kebudayaan melalui lembaga informal tersebut dilakukan melalui enkulturasi
semenjak kecil di dalam lingkungan keluarganya. Dalam masyarakat yang sangat
kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat, pendidikan memiliki fungsi yang
sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai satu keseluruhan.
G.D.
Spindler berpendirian bahwa kontribusi utama yang bisa
diberikan antropologi terhadap pendidikan adalah menghimpun sejumlah
pengetahuan empiris yang sudah diverifikasikan dengan menganalisa aspek-aspek
proses pendidikan yang berbeda-beda dalam lingkungan sosial budayanya. Teori
khusus dan percobaan yang terpisah tidak akan menghasilkan disiplin antropologi
pendidikan. Pada dasarnya, antropologi pendidikan mestilah merupakan sebuah
kajian sistematik, tidak hanya mengenai praktek pendidikan dalam prespektif
budaya, tetapi juga tentang asumsi yang dipakai antropolog terhadap pendidikan
dan asumsi yang dicerminkan oleh praktek-praktek pendidikan.
Antropologi
pendidikan dihasilkan melalui teori khusus dan percobaan yang terpisah dengan
kajian yang sistematis mengenai praktek pendidikan dalam prespektif budaya, sehingga
antropolog menyimpulkan bahwa sekolah merupakan sebuah benda budaya yang
menjadi skema nilai-nilai dalam membimbing masyarakat.
Antropologi
pendidikan mulai menampakkan dirinya sebagai disiplin ilmu pada pertengahan
abab ke-20. Sejak saat itu, antropologi pendidikan berupaya menemukan pola
budaya belajar masyarakat (pedesaan dan perkotaan) yang dapat merubah perubahan
sosial.
Antropologi
Pendidikan sebagai disiplin kini banyak di kembangkan oleh para ahli yang
menyadari pentingnya kajian budaya pada suatu masyarakat. Antropologi di
negara-negara maju memandang salah satu persoalan pembangunan di negara
berkembang adalah karena masalah budaya belajar.
Pendekatan
dan teori antropologi pendidikan dapat dilihat dari dua kategori. Pertama,
pendekatan teori antopologi pendidikan yang bersumber dari antropologi budaya
yang ditujukan bagi perubahan social budaya. Kedua, pendekatan teori pendidikan
yang bersumber dari filsafat.
BAB
III
KESIMPULAN
Dari
beberapa penjelasan mengenai Antroplogi dan Mutu Pendidikan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Antropologi adalah sebuah ilmu yang
mempelajari tentang segala aspek dari manusia, yang terdiri dari aspek fisik
dan nonfisik berupa warna kulit, bentuk rambut, bentuk mata, kebudayaan, aspek
politik, dan berbagai pengetahuan tentang corak kehidupan lainnya yang
bermanfaat.
2.
Pendidikan
yang bermutu adalah pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang memiliki
kemampuan atau kompotensi, baik kompetensi akademik maupun kompetensi kejuruan,
yang dilandasi oleh kompetensi personal dan sosial, serta nilai-nilai akhlak
mulia, yang keseluruhannya merupakan kecakapan hidup (life skill).
3.
Antropologi
Pendidikan sebagai disiplin kini banyak di kembangkan oleh para ahli yang
menyadari pentingnya kajian budaya pada suatu masyarakat. Antropologi di
negara-negara maju memandang salah satu persoalan pembangunan di negara
berkembang adalah karena masalah budaya belajar.
DAFTAR
PUSTAKA
id.wikipedia.org/wiki/Antropologi
http://www.sarjanaku.com/2011/09/mutu-pendidikan-pengertian.html
pendidikan-menurut-uu-no-20-tahun-2003-tentang-sisdiknas/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar