KETERAMPILAN
PENGELOLAAN KELAS
Makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Micro Teaching
Dosen pengampu : Puji Hamdani, M.Pd. I
Sundari
Yulianingsih (3130010)
SEKOLAH TINGGI INLMU TARBIYAH
STIT PEMALANG
2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah pokok yang dihadapi guru, baik yang pemula
maupun yang berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas merupakan
masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru menggunakannya untuk menciptakan
dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat
mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien dan memungkinkan mereka
dapat belajar. Dengan demikian pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat
bagi pengajaran yang efektif. Tugas utama dan paling sulit bagi guru adalah
pengelolaan kelas.
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya
bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Pada makalah ini akan
membahas tentang pengelolaan kelas yang didalamnya adalah penggunaan kelas,
masalah yang timbul didalam kelas, komponen atau cara mengelola kelas dan
tujuan adanya pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian keterampilan
mengelola atau pengelolaan kelas
mengelola
atau pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas.
Pengeloaan merupakan akar kata dari “kelola”, ditambah awalan “pe”
dan akhiran “an”. Istilah lain dari pengelolaan adalah “manajemen”.
Manajemen adalah kata yang berasal dari bahasa inggris “management” yang
berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Manajement atau
pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto (1990: 2) adalah
pengadministrasian, pengaturan atau penata suatu kegiatan.
Sedangkan
kelas menurut Oemar Hamalik (1987:311), adalah suatu kelompok orang yang
melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendap pengajaran dari guru.[1]
Keterampilan mengelola kelas
merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar
yang optimal dan mengembalikan ke kondisi optimal jika terjadi gangguan, baik
dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial.[2]
B. Penggunaan Kelas
Penggunaan
komponen dalam kelas mempunyai beberapa tujuan, antara lain:
1.
Mendorong siswa
mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah laku.
2.
Membantu siswa untuk
mengerti tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas, dan memahami bahwa
teguran guru merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan.
3.
Menimbulkan rasa kewajiban
melihat didri dalam tugas serta bertingkah laku yang sesuai dengan aktifitas
kelas.
C. Beberapa Masalah Pengelolaan Kelas
Menurut
Made Pidarta, masalah-masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan
perilaku siswa adalah:
1.
Kurang kesatuan, dengan
adanya kelompok-kelompok, klik-klik dan pertentangan jenis kelamin.
2.
Tidak ada standar perilaku
dalam bekerja kelompok, misalnya rebut, bercakap-cakap, pergi kesana kemari dan
sebagainya.
3.
Reaksi negative terhadap
anggota kelompok, misalnya rebut, bermusuhan, mengucilkan, merendahkan kelompok
yang kurang pintar.
4.
Kelas mentoleransi
kekeliruan-kekeliruan temannya.
5.
Mudah mereaksi negative atau
terganggu, misalnya bila di monitoring, tamu-tamu, iklim yang berubah dan
sebagainya.
6.
Moral rendah, permusuhan,
agresif, misalnya dalam lembaga dengan alat-alat belajar kurang, kekurangan
uang dan sebagainya.
7.
Tidak mampu menyesuaikan
dengan lingkungan yang berubah, seperti tugas-tugas tambahan, anggota kelas
yang baru dan situasi baru.[3]
D. Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas
Komponen
keterampilan mengelola kelas adalah sebagai berikut:
1.
Kehangatan dan keantusiaan
2.
Penggunaan bahan yang
menantang akan meningkatkan gairah belajar siswa.
3.
Perlu dipertimbangkan
penggunaan variasi media, gaya mengajar, dan pola interaksi.
4.
Diperlukan keluwesan tingkah
laku guru dalam mengubah strategi mengajarnya untuk mencegah gangguan yang
timbul.
5.
Penekanan hal yang positif
dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal negative.
6.
Mendorong siswa untuk mengembangkan
disiplin diri sendiri dengan cara memberi contoh dalam perbuatan guru
sehari-hari.[4]
Komponen-komponen
keterampilan pengelolaan kelas ini pada umumnya dibagi menjadi dua bagian,
yaitu keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal (bersifat preventif) dan keterampilan yang
berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal.
1.
Keterampilan yang
berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal
(bersifat Preventif)
Keterampilan ini berhubungan
dengan kompetensi guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran
serta aktivitas-aktivitas yeng berkaitan dengan keterampilan sebagai berikut:
a.
Sikap
Tanggap
Komponen ini ditunjukan oleh
tingkah laku guru bahwa ia hadir bersama mereka. Guru tahu kegiatan mereka,
tahu ada perhatian atau tidak ada perhatian, tahu apa yang mereka kerjakan.
Seolah-olah mata guru ada dibelakang kepala, sehingga guru dapat menegur anak
didik walaupun guru sedang menulis dipapan tulis. Sikap ini dapat dilakukan
dengan cara:
1)
Memandang
secara saksama
Memandang secara seksama
dapat mengundang dan melibatkan anak didik kontak pandang dalam pendekatan guru
untuk bercakap-cakap, bekerja sama, dan menunjukan rasa persahabatan.
2)
Gerak
mendekati
Gersk guru dalam posisi
mendekati kelompok kecil atau individu menandakan kesiagaan, minat dan
perhatian guru yang diberikan terhadap tugas serta aktivitas anak didik.
3)
Memberi
pernyataan
Pernyataan guru terhadap
sesuatu yang dikemukakan oleh anak didik sangat diperlukan, baik berupa
tanggapan, komentar, ataupun yang lain.
4)
Memberi
reaksi terhadap gangguan dan ketakacuhan
Memberi reaksi disini adalah
teguran guru ketika kelas sudah mulai gaduh dan tidak kondusif. Teguran guru
merupakan tanda bahwa guru ada bersama anak didik. Teguran diberikan pada saat
yang tepat dan sasarn yang tepat pula, sehingga dapat mencegah penyimpangan
tingkah laku.
b.
Membagi
perhatian
Pengelolaan kelas yang
efektif terjadi bila guru ampu membagi perhatiaannya kepada beberapa kegiatan
yang berlangsung dalam waktu yang sama. Membagi perhatian dapat dilakukan
dengan cara:
1)
Visual
Guru dapat mengubah
pandangannya dalam memperhatikan kegiatan pertama sedemikian rupa sehingga ia
dapat melirik kekegiatan kedua, tanpa kehilangan perhatian pada kegiatan
pertama. Kontak pandangan ini bias dilakukan terhadap kelompok anak didik atau
anak didik secara individual.
2)
Verbal
Guru dapat memberi komentar,
penjelasan, pertanyaan, dan sebagainya terhadap aktivitas anak didik pertama
sementara ia memimpin dan terlibat supervise pada aktivitas anak didik yang
lain.
c.
Pemusatan
perhatian kelompok
Guru mengambil inisiatif dan
mempertahankan perhatian anak didik dan memberitahukan (dapat dengan
tanda-tanda) bahwa ia bekerja sama dengan kelompok atau sub kelompok yang
terdiri dari tiga sampai empat orang. Untuk itu ada beberapa hal yang dapat
guru lakukan, yaitu:
1)
Memberi
tanda
Dalam memulai proses belajar
mengajar guru memusatkan pada perhatian kelompok terhadap suatu tugas dengan
memberi beberapa tanda, misalnya menciptakan atau membuat situasi tenang
sebelum memperkenalkan objek, pertanyaan atau topic dengan memilih anak didik
secara random untuk meresponnya.
2)
Pertanggun
jawaban
Guru meminta pertanggung
jawaban anak didik atas kegiatan dan keterlibatannya dalam suatu kegiatan.
Setiap anak didik sebagai anggota kelompok harus bertanggung jawab terhadap
kegiatan sendiri, maupun kegiatan kelompoknya. Misalnya, dengan meminta kepada
anak didik untuk memperagakan, melaporkan hasil dan memberikan tanggapan.
3)
Pengarahan
dan petunjuk yang jelas
Guru harus seringkali
memberi pengarahan dan petunjuk yang jelas dan singkat dalam memberikan
pelajaran kepada anak didik, sehingga tidak terjadi kebingungan pada diri anak
didik. Pengarahan dan petunjuk dapat dilakukan pada seluruh anggota kelas,
kepada kelompok kecil, atau pun kepada individu dengan bahasa dan tujuan yang
jelas.
4)
Penghentian
Penghentian disini adalah
guru memberikan teguran pada anak didik yang melanggar dan mengganggu dalam
proses kegiatan pembelajaran dikelas.
Teguran yang dapt dilakukan
guru dengan teguran verbal, teguran verbal yang efektif adalah memenuhi
syarat-syarat sebagi berikut:
a)
Tegas dan jelas tertuju
kepada anak didik yang mengganggu serta kepada tingkah lakunya yang menyimpang.
b)
Menghindari peringatan yang
kasar dan menyakitkan atau yang mengandung pehinaan.
c)
Menghindari ocehan atau
ejekan, lebih-lebih yang berkepanjangan.
5)
Penguatan
Pemberian penguatan yang
sederhana untuk mengatasi gangguan atau tidak menjalankan tugas yang diminta,
antara lain:
a)
Dengan mengguanakan
penguatan positif bila anak didik telah menghentikan gangguan atau kembali pada
tugas yang diminta.
b)
Dengan mengguanakan
penguatan positif terhadap anak didik yang lain yang tidak mengganggu dan
dipakai sebagai medel tingkah laku yang baik bagi anak didik yang suka
mengganggu.
6)
Kelancaran (Smoothnees)
Kelancaran atau kemajuan
anak didik dalam belajar sebagai indikator bahwa anak didik dapat memusatkan
perhatiannya pada pelajaran yang diberikan dikelas. Ada sejumlah kesalahan yang
harus guru hindari, yaitu: campur tangan yang berlebihan, kelenyapan,
penyimpangan dan ketidaktepatan berhenti dan memulai kegiatan.
7)
Kecepatan
Kecepatan disini diartikan
sebagai tingkat kemajuan yang dicapai anak didik dalam suatu pelajaran. Yang
perlu dihindari oleh guru adalah kesalahan menahan kecepatan yang tidak perlu,
atau menahan penyajian bahan pelajaran yang sedang berjalan, atau kemajuan
tugas. Ada dua kesalahan kecepatan yang harus dihindari bila kecepatan yang
tepat mau dipertahankan, yaitu: bertele-tele dan mengulang penjelasan yang
tidak perlu.
2.
Keterampilan yang
Berhubungan dengan Pengembangan Kondisi Belajar yang Optimal
Keterampilan ini berkaitan
dengan tanggapan guru terhadap gangguan anak didik yang berkelanjutan dengan
maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi
belajar yang optimal.
Bukanlah kesalahan
professional guru apabila ia tidak dapat menangani setiap masalah anak didik
dalam kelas. Namun pada tingkatan tertentu guru dapat menggunakan seperangkat
strategi untuk tindakan perbaikan terhadap tingkah laku anak didik yang
terus-menerus menimbulkan gangguan dan yang tidak mau terlibat dalam tugas
dikelas. Strategi itu adalah:
a.
Modifikasi
Tingkah Laku
Guru menganalisis tingkah
laku anak didik yang mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha memodifikasi
tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara
sistematis.
b.
Pendekatan
pemecahan masalah kelompok
Guru dapat menggunakan
pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara:
1)
Memperlancar tugas-tugas:
mengusahakan terjadi kerja sama yang baik dalam pelaksanaan tugas.
2)
Memelihara kegiatan-kegiatan
kelompok: memelihara dan memulihkan semangat anak didik dan menangani konflik
yang timbul.
c.
Menemukan
dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah
Guru dapat menggunakan cara
pendekatan secara individu kepada anak didik untuk mengendalikan dan mengetahui
sebab tingkah laku keliru pada anak didik, serta berusaha untuk menemukan
pemecahannya.[5]
E.
Tujuan Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas pada guru
bukan tanpa tujuan. Karena ada tujuan itulah guru selalu berusaha mengelola
kelas, walaupun terkadang kelelahan fisik maupun fikiran dirasakan. Guru sadar
tanpa mengelola kelas dengan baik, maka akan menghambat kegiatan belajar
mengajarnya.
Suharsimi Arikunto (1988:68)
berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak dikelas
dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tutjuan pengajaran secara
efektif dan efisien. Menurutnya, sebagai indikator dari sebuah kelas yang
tertib adalah apabila:
1.
Setiap anak terus bekerja, tidak macet,
artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak tahu ada tugas yang harus
dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan kepadanya.
2.
Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa
membuang waktu, artinya setiap anak akan bekerja secepatnya supaya lekas
menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Apabila ada anak yang walaupun
tahu dan dapat melaksanakan tugasnya, tetapi mengerjakannya kurang bergairah
dan mengulur waktu bekerja, maka maka kelas tersebut dikatakan tidak tertib.[6]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan
diatas tentang pengelolaan kelas, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas
merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam
proses belajar mengajar. Dengan kata lain ialah kegiatan-kegiatan untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadi proses belajar
mengajar.
B. Saran
Setiap
guru harus memiliki kemampuan dalam mengelola kelas, yang mana guru harus menguasai
komponen-komponen yang dilakukan untuk memngelola kelas, agar dalam proses
pembelajar dapat kondusif dan efektif sehingga dapat tercapai tujuan
pembelajaran dan tercapainya tujuan pendidikan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Asril, Zainal, Micro
teaching, Jakarta: PT. Rajagrfindo Persada, 2011.
Zain, Syaeful Bahri Djamar
dan Aswan, Straegi Belajar Mengajar edisi revisi, Jakarta: Rineka Cipta,
2010.
[1] Syaeful
Bahri Djamar dan Aswan Zain, Straegi Belajar Mengajar edisi revisi,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 175
Tidak ada komentar:
Posting Komentar