Minggu, 15 Januari 2017

KETERAMPILAN PENGELOLAAN KELAS



KETERAMPILAN
PENGELOLAAN KELAS

Makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Micro Teaching
Dosen pengampu : Puji Hamdani, M.Pd. I



Sundari Yulianingsih             (3130010)


SEKOLAH TINGGI INLMU TARBIYAH
STIT PEMALANG
2015/2016


BAB I
PENDAHULUAN

Masalah pokok yang dihadapi guru, baik yang pemula maupun yang berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas merupakan masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien dan memungkinkan mereka dapat belajar. Dengan demikian pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang efektif. Tugas utama dan paling sulit bagi guru adalah pengelolaan kelas.
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Pada makalah ini akan membahas tentang pengelolaan kelas yang didalamnya adalah penggunaan kelas, masalah yang timbul didalam kelas, komponen atau cara mengelola kelas dan tujuan adanya pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran.















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian keterampilan mengelola atau pengelolaan kelas
mengelola atau pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengeloaan merupakan akar kata dari “kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang berasal dari bahasa inggris “management” yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Manajement atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto (1990: 2) adalah pengadministrasian, pengaturan atau penata suatu kegiatan.
Sedangkan kelas menurut Oemar Hamalik (1987:311), adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendap pengajaran dari guru.[1]
Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikan ke kondisi optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial.[2]

B.     Penggunaan Kelas
Penggunaan komponen dalam kelas mempunyai beberapa tujuan, antara lain:
1.      Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah laku.
2.      Membantu siswa untuk mengerti tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas, dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan.
3.      Menimbulkan rasa kewajiban melihat didri dalam tugas serta bertingkah laku yang sesuai dengan aktifitas kelas.

C.    Beberapa Masalah Pengelolaan Kelas
Menurut Made Pidarta, masalah-masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku siswa adalah:
1.      Kurang kesatuan, dengan adanya kelompok-kelompok, klik-klik dan pertentangan jenis kelamin.
2.      Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya rebut, bercakap-cakap, pergi kesana kemari dan sebagainya.
3.      Reaksi negative terhadap anggota kelompok, misalnya rebut, bermusuhan, mengucilkan, merendahkan kelompok yang kurang pintar.
4.      Kelas mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temannya.
5.      Mudah mereaksi negative atau terganggu, misalnya bila di monitoring, tamu-tamu, iklim yang berubah dan sebagainya.
6.      Moral rendah, permusuhan, agresif, misalnya dalam lembaga dengan alat-alat belajar kurang, kekurangan uang dan sebagainya.
7.      Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti tugas-tugas tambahan, anggota kelas yang baru dan situasi baru.[3]

D.    Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas
Komponen keterampilan mengelola kelas adalah sebagai berikut:
1.      Kehangatan dan keantusiaan
2.      Penggunaan bahan yang menantang akan meningkatkan gairah belajar siswa.
3.      Perlu dipertimbangkan penggunaan variasi media, gaya mengajar, dan pola interaksi.
4.      Diperlukan keluwesan tingkah laku guru dalam mengubah strategi mengajarnya untuk mencegah gangguan yang timbul.
5.      Penekanan hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal negative.
6.      Mendorong siswa untuk mengembangkan disiplin diri sendiri dengan cara memberi contoh dalam perbuatan guru sehari-hari.[4]
Komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas ini pada umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif) dan keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal.
1.      Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat Preventif)
Keterampilan ini berhubungan dengan kompetensi guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta aktivitas-aktivitas yeng berkaitan dengan keterampilan sebagai berikut:
a.      Sikap Tanggap
Komponen ini ditunjukan oleh tingkah laku guru bahwa ia hadir bersama mereka. Guru tahu kegiatan mereka, tahu ada perhatian atau tidak ada perhatian, tahu apa yang mereka kerjakan. Seolah-olah mata guru ada dibelakang kepala, sehingga guru dapat menegur anak didik walaupun guru sedang menulis dipapan tulis. Sikap ini dapat dilakukan dengan cara:
1)      Memandang secara saksama
Memandang secara seksama dapat mengundang dan melibatkan anak didik kontak pandang dalam pendekatan guru untuk bercakap-cakap, bekerja sama, dan menunjukan rasa persahabatan.
2)      Gerak mendekati
Gersk guru dalam posisi mendekati kelompok kecil atau individu menandakan kesiagaan, minat dan perhatian guru yang diberikan terhadap tugas serta aktivitas anak didik.
3)      Memberi pernyataan
Pernyataan guru terhadap sesuatu yang dikemukakan oleh anak didik sangat diperlukan, baik berupa tanggapan, komentar, ataupun yang lain.
4)      Memberi reaksi terhadap gangguan dan ketakacuhan
Memberi reaksi disini adalah teguran guru ketika kelas sudah mulai gaduh dan tidak kondusif. Teguran guru merupakan tanda bahwa guru ada bersama anak didik. Teguran diberikan pada saat yang tepat dan sasarn yang tepat pula, sehingga dapat mencegah penyimpangan tingkah laku.
b.      Membagi perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru ampu membagi perhatiaannya kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Membagi perhatian dapat dilakukan dengan cara:
1)      Visual
Guru dapat mengubah pandangannya dalam memperhatikan kegiatan pertama sedemikian rupa sehingga ia dapat melirik kekegiatan kedua, tanpa kehilangan perhatian pada kegiatan pertama. Kontak pandangan ini bias dilakukan terhadap kelompok anak didik atau anak didik secara individual.
2)      Verbal
Guru dapat memberi komentar, penjelasan, pertanyaan, dan sebagainya terhadap aktivitas anak didik pertama sementara ia memimpin dan terlibat supervise pada aktivitas anak didik yang lain.
c.       Pemusatan perhatian kelompok
Guru mengambil inisiatif dan mempertahankan perhatian anak didik dan memberitahukan (dapat dengan tanda-tanda) bahwa ia bekerja sama dengan kelompok atau sub kelompok yang terdiri dari tiga sampai empat orang. Untuk itu ada beberapa hal yang dapat guru lakukan, yaitu:
1)      Memberi tanda
Dalam memulai proses belajar mengajar guru memusatkan pada perhatian kelompok terhadap suatu tugas dengan memberi beberapa tanda, misalnya menciptakan atau membuat situasi tenang sebelum memperkenalkan objek, pertanyaan atau topic dengan memilih anak didik secara random untuk meresponnya.
2)      Pertanggun jawaban
Guru meminta pertanggung jawaban anak didik atas kegiatan dan keterlibatannya dalam suatu kegiatan. Setiap anak didik sebagai anggota kelompok harus bertanggung jawab terhadap kegiatan sendiri, maupun kegiatan kelompoknya. Misalnya, dengan meminta kepada anak didik untuk memperagakan, melaporkan hasil dan memberikan tanggapan.
3)      Pengarahan dan petunjuk yang jelas
Guru harus seringkali memberi pengarahan dan petunjuk yang jelas dan singkat dalam memberikan pelajaran kepada anak didik, sehingga tidak terjadi kebingungan pada diri anak didik. Pengarahan dan petunjuk dapat dilakukan pada seluruh anggota kelas, kepada kelompok kecil, atau pun kepada individu dengan bahasa dan tujuan yang jelas.
4)      Penghentian
Penghentian disini adalah guru memberikan teguran pada anak didik yang melanggar dan mengganggu dalam proses kegiatan pembelajaran dikelas.
Teguran yang dapt dilakukan guru dengan teguran verbal, teguran verbal yang efektif adalah memenuhi syarat-syarat sebagi berikut:
a)      Tegas dan jelas tertuju kepada anak didik yang mengganggu serta kepada tingkah lakunya yang menyimpang.
b)      Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan atau yang mengandung pehinaan.
c)      Menghindari ocehan atau ejekan, lebih-lebih yang berkepanjangan.
5)      Penguatan
Pemberian penguatan yang sederhana untuk mengatasi gangguan atau tidak menjalankan tugas yang diminta, antara lain:
a)      Dengan mengguanakan penguatan positif bila anak didik telah menghentikan gangguan atau kembali pada tugas yang diminta.
b)      Dengan mengguanakan penguatan positif terhadap anak didik yang lain yang tidak mengganggu dan dipakai sebagai medel tingkah laku yang baik bagi anak didik yang suka mengganggu.
6)      Kelancaran (Smoothnees)
Kelancaran atau kemajuan anak didik dalam belajar sebagai indikator bahwa anak didik dapat memusatkan perhatiannya pada pelajaran yang diberikan dikelas. Ada sejumlah kesalahan yang harus guru hindari, yaitu: campur tangan yang berlebihan, kelenyapan, penyimpangan dan ketidaktepatan berhenti dan memulai kegiatan.
7)      Kecepatan
Kecepatan disini diartikan sebagai tingkat kemajuan yang dicapai anak didik dalam suatu pelajaran. Yang perlu dihindari oleh guru adalah kesalahan menahan kecepatan yang tidak perlu, atau menahan penyajian bahan pelajaran yang sedang berjalan, atau kemajuan tugas. Ada dua kesalahan kecepatan yang harus dihindari bila kecepatan yang tepat mau dipertahankan, yaitu: bertele-tele dan mengulang penjelasan yang tidak perlu.
2.      Keterampilan yang Berhubungan dengan Pengembangan Kondisi Belajar yang Optimal
Keterampilan ini berkaitan dengan tanggapan guru terhadap gangguan anak didik yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
Bukanlah kesalahan professional guru apabila ia tidak dapat menangani setiap masalah anak didik dalam kelas. Namun pada tingkatan tertentu guru dapat menggunakan seperangkat strategi untuk tindakan perbaikan terhadap tingkah laku anak didik yang terus-menerus menimbulkan gangguan dan yang tidak mau terlibat dalam tugas dikelas. Strategi itu adalah:
a.      Modifikasi Tingkah Laku
Guru menganalisis tingkah laku anak didik yang mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
b.      Pendekatan pemecahan masalah kelompok
Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara:
1)      Memperlancar tugas-tugas: mengusahakan terjadi kerja sama yang baik dalam pelaksanaan tugas.
2)      Memelihara kegiatan-kegiatan kelompok: memelihara dan memulihkan semangat anak didik dan menangani konflik yang timbul.
c.       Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah
Guru dapat menggunakan cara pendekatan secara individu kepada anak didik untuk mengendalikan dan mengetahui sebab tingkah laku keliru pada anak didik, serta berusaha untuk menemukan pemecahannya.[5]

E.     Tujuan Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas pada guru bukan tanpa tujuan. Karena ada tujuan itulah guru selalu berusaha mengelola kelas, walaupun terkadang kelelahan fisik maupun fikiran dirasakan. Guru sadar tanpa mengelola kelas dengan baik, maka akan menghambat kegiatan belajar mengajarnya.
Suharsimi Arikunto (1988:68) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tutjuan pengajaran secara efektif dan efisien. Menurutnya, sebagai indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah apabila:
1.      Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak tahu ada tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan kepadanya.
2.      Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya setiap anak akan bekerja secepatnya supaya lekas menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Apabila ada anak yang walaupun tahu dan dapat melaksanakan tugasnya, tetapi mengerjakannya kurang bergairah dan mengulur waktu bekerja, maka maka kelas tersebut dikatakan tidak tertib.[6]






BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pembahasan diatas tentang pengelolaan kelas, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain ialah kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadi proses belajar mengajar.
B.     Saran
Setiap guru harus memiliki kemampuan dalam mengelola kelas, yang mana guru harus menguasai komponen-komponen yang dilakukan untuk memngelola kelas, agar dalam proses pembelajar dapat kondusif dan efektif sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran dan tercapainya tujuan pendidikan nasional.














DAFTAR PUSTAKA

Asril, Zainal, Micro teaching, Jakarta: PT. Rajagrfindo Persada, 2011.
Zain, Syaeful Bahri Djamar dan Aswan, Straegi Belajar Mengajar edisi revisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.


[1] Syaeful Bahri Djamar dan Aswan Zain, Straegi Belajar Mengajar edisi revisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 175
[2] Zainal Asril, Micro teaching, (Jakarta: PT. Rajagrfindo Persada, 2011), cet. III, hlm. 73

[4] Ibid, hlm. 73
[5] Ibid, hlm. 194
[6] Op Cit, Syaeful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, hlm. 178

Tidak ada komentar:

Posting Komentar