TAUHID, MACAM-MACAM TAUHID, DAN PENTINGNYA
TAUHID
Makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Tauhid Amali
Dosen pengampu : Amirul Bahri, S.Ud, M.Si
Disusun oleh:
Sundari Yulianingsih (3130010)
SEKOLAH TINGGI INLMU TARBIYAH PEMALANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Jika kita
memperhatikan kisah para nabi dan rasul yang tercantum dalam Al-Qur’an dan apa
yang terjadi pada umat mereka, kita dapatkan bahwa mereka seluruhnya menyeru
kepada satu kalimat, yaitu agar umatnya beribadah kepada Allah dan tidak ada
sekutu bagiNya. Misi dakwah mereka adalah sama, yaitu mengingatkan kaumnya agar
tidak terjerumuskan dalam kemusyrikan, meski syariat atau tata cara ibadah dan muammalah
masing-masing nabi dan rasul berbeda.
Pembelajaran
tauhid merupakan prioritas nomor satu dalam agenda dakwah para nabi dan rasul.
Seluruh nabi dan rasul yang di utus oleh Allah mengajak umatnya, pertama kali
untuk menerima, meyakini, dan melaksanakan tauhid. Seluruh usaha dakwah mereka
di pusatkan agar kaumnya beribadah kepada Allah, dan tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun.
Maka
dari itu makalah ini akan membahas tentang pengertian tauhid, macam-macam
tauhid, keutamaan tauhid dan pahala orang-orang yang merealisasikan tauhid.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tauhid
Tauhid adalah menunggalkan Allah ta’ala dalam
masa rububiyah, uluhiyah dan kesempurnaan nama dan sifatNya. [1]
Istilah tauhid berasal dari kata
dasar wahhada-yuwahhidu tauhid, yang berarti”menyetakan” menganggap
sesuatu sebagai satu atau “mengesahkan”. Adapun pengertian tauhid menurut
istilah ilmu akidah adalah meng’esahkan Allah, meyakini ke esaan Allah dalam rububiyah-Nya,
ikhlas beribadah kepada-Nya, serta menetapkan bagi-Nya nama-nama dan
sifat-sifat kesempurnaan-Nya.
Adapun pengertian tauhid menurut istilah ilmu akidah adalah
mengesakan Allah, meyakini keesaan Allah dalam rububiyah-Nya, ikhlas beribadah
kepada-Nya, serta menetapkan bagi-Nya nama-nama dan sifat kesempurnaan-Nya.[2]
Allah ta’ala berfirman,
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbr߉ç7÷èu‹Ï9 ÇÎÏÈ
Artinya: “Dan tidaklah Kuciptakan jin dan manusia
melainkan untuk beribadah-beribadah[3]
kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)
ô‰s)s9ur $uZ÷Wyèt/ ’Îû Èe@à2 7p¨Bé& »wqß™§‘ Âcr& (#r߉ç6ôã$# ©!$# (#qç7Ï^tGô_$#ur |Nqäó»©Ü9$# ( Nßg÷YÏJsù ô`¨B “y‰yd ª!$# Nßg÷YÏBur ïÆ¨B ôM¤)ym Ïmø‹n=tã ä's#»n=žÒ9$# 4 (#rçŽÅ¡sù ’Îû ÇÚö‘F{$# (#rãÝàR$$sù y#ø‹x. šc%x. èpt7É)»tã šúüÎ/Éj‹s3ßJø9$# ÇÌÏÈ
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada
tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut[4]”
(QS. An Nahl: 36)
4Ó|Ós%ur y7•/u‘ žwr& (#ÿr߉ç7÷ès? HwÎ) çn$ƒÎ) Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $·Z»|¡ômÎ) 4 $¨BÎ) £`tóè=ö7tƒ x8y‰YÏã uŽy9Å6ø9$# !$yJèd߉tnr& ÷rr& $yJèdŸxÏ. Ÿxsù @à)s? !$yJçl°; 7e$é& Ÿwur $yJèdöpk÷]s? @è%ur $yJßg©9 Zwöqs% $VJƒÌŸ2 ÇËÌÈ ôÙÏÿ÷z$#ur $yJßgs9 yy$uZy_ ÉeA—%!$# z`ÏB ÏpyJôm§9$# @è%ur Éb>§‘ $yJßg÷Hxqö‘$# $yJx. ’ÎT$u‹/u‘ #ZŽÉó|¹ ÇËÍÈ
Artinya: “Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain. Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau
kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, jangan sekali-kali
mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan jangan pula membentak mereka.
Ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulai. Rendahkanlah dirimu terhadap
mereka berdua dengan penuh kasih sayang. Ucapkanlah, “Wahai Rabb-ku, kasihilah
mereka berdua, sebagaimana mereka telah memeliharaku sewaktu kecil.’” (QS. Al
Isra’: 23-24)[5]
B.
Macam-macam Tauhid
Tauhid
merupakan bagian terpenting dari agama ini, ia merupakan fitrah yang telah
Allah tetapkan pada setiap manusia. Tauhid juga merupakan inti ajaran dan
dahwah seluruh nabi dan rasul, meski syariat yang dibebankan kepada
masing-masing umat berbeda-beda.
Pada
definisi yang terdahulu telah dijelaskan bahwa tauhid merupakan ilmu tentang
meng’esakan Allah, meyakini ke’esaan Allah dalam rububiyah-Nya, ikhlas
beribadah kepada-Nya, serta menetapkan bagi-Nya. Dengan demikian tauhid ada 4
macam : Tauhid Rububiyah, Tuhid Uluhiyah, dan Tauhid Asma’ wa sifat, Tauhid Rohmaniyayah. Setiap macam dari ketiga tauhid itu memiliki makna yang harus
dijelaskan, sehingga menjadi terang perbedaan antara ketiganya.
1.
Tauhid Rububiyah
Rububiyah adalah kata yang
dinisbatkan kepada salah satu nama Allah yaitu Rabb. Nama ini memiliki beberapa
arti, antara lain: Al-Murabbi (pemelihara), An-Nashir (penolong), Al-Malik
(raja dan pemilik), Al-Mushlih (yang mengurusi dan memperbaiki), As-Sayyid
(tuan), dan Al-Wali (wali, penolong).
Secara istilah syariat, pengertian
tauhid Rububiyah adalah meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta,
pemilik, pengendali alam raya dengan takdir-Nya. Ia menghidupkan dan mematikan
serta mengendalikan alam dengan sunnah-sunnah-Nya.
Tauhid Rububiyah mencakup
dimensi-dimensi keimanan berikut:
a.
Menegaskan
Allah dalam perbuatan-perbuatan-Nya, misalnya menciptakan, memberi rezeki,
menghidupkan, mematikan, menguasai, dan lain-lain.
b.
Beriman
kepada takdir Allah.
c.
Beriman
kepada zat Allah.
Tujuan
dari tauhid rububiyah ini adalah agar manusia mengakui keagungan dan mutlak
Allah atas semua makhluknya. Seseorang yang telah mengakui rububiyah Allah
belum tentu juga beriman kepada uluhiyah Allah dan asma serta sifat-Nya.
Hal itu sebagaimana yang dialami oleh sebagaian besar musyrikin Arab yang
menguakui rububiyah Allah, namun mengingkari sifat-Nya dan menolak perintah
untuk beripan kepada-Nya semata.
Allah Berfirman
:
قُل لِّمَنِ ٱلۡأَرۡضُ وَمَن فِيهَآ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ٨٤
سَيَقُولُونَ لِلَّهِۚ قُلۡ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ ٨٥ قُلۡ مَن رَّبُّ
ٱلسَّمَٰوَٰتِ ٱلسَّبۡعِ وَرَبُّ ٱلۡعَرۡشِ ٱلۡعَظِيمِ ٨٦ سَيَقُولُونَ لِلَّهِۚ قُلۡ أَفَلَا تَتَّقُونَ
٨٧ قُلۡ مَنۢ بِيَدِهِۦ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيۡءٖ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ
عَلَيۡهِ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ٨٨
سَيَقُولُونَ لِلَّهِۚ قُلۡ فَأَنَّىٰ تُسۡحَرُونَ ٨٩
Artinya:
“Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya,
jika kamu mengetahui?” “Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah".
Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat?”
“Katakanlah:
"Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ´Arsy yang
besar? “Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah". Katakanlah:
"Maka apakah kamu tidak bertakwa?”
“Katakanlah:
"Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang
Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika
kamu mengetahui?” “Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah".
Katakanlah: "(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?” (QS.
Al- Mukminun : 84-89)
وَلَئِن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَهُمۡ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُۖ
فَأَنَّىٰ يُؤۡفَكُونَ ٨٧
Artinya:
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan
mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah.” (QS. Az-Zukhruf: 87)
Bahkan
Fir’aun yang mengklain dirinya adalah Rabb, pada dasarnya dalam hatinya juga
mengakui adanya Allah yang maha menguasai dan mengatur alam semesta. Hanya saja
kesombongan telah membuatnya pura-pura ingkar dan tidak tahu menahu akan
ke’esaan Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah :
قَالَ لَقَدۡ عَلِمۡتَ مَآ أَنزَلَ هَٰٓؤُلَآءِ إِلَّا رَبُّ
ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ بَصَآئِرَ وَإِنِّي لَأَظُنُّكَ يَٰفِرۡعَوۡنُ
مَثۡبُورٗا ١٠٢
Artinya:
“Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang
menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi
sebagai bukti-bukti yang nyata; dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir´aun,
seorang yang akan binasa" (QS. Al-Isra’ 102)
وَجَحَدُواْ بِهَا وَٱسۡتَيۡقَنَتۡهَآ أَنفُسُهُمۡ ظُلۡمٗا
وَعُلُوّٗاۚۡ ١٤
Artinya: “Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka)
padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya” ). (QS. An-Naml: 14).
2.
Tauhid Uluhiyah
Tauhid
uluhiyah adalah meng’esahkan Allah dengan memurnikan perbuatan para hamba
semata-mata dengan niat taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah,
seperti shalat, zakat, shaum, haji, shadaqah, membaca Al-Qur’an, berdzikir,
berdoa, nadzar, berkurban, raja, (berharap), takut, tawakal, mahabbah (rasa
cinta), bertaubat, berbakti kepada kedua orang tua, memuliakan tamu dan
tetangga, dan lain-lain.
Dengan
kata lain, tauhid uluhiyah adalah meng’esahkan Allah dalam ibadah dan ketaatan,
dengan mempersembahkan segala bentuk peribadatan dan ketaatan kepada Allah
semata.
Tauhid
ini disebut tauhid uluhiyah karena uluhiyah adalah sifat Allah yang ditunjukkan
oleh nama-Nya, Allah yang artinya Dzul Uluhiyah (yang memiliki sifat uluhiyah).
Ia juga disebut tauhid ibadah, karena ubudiyah adalah sifat ‘abid (hamba) yang
wajib menyembah Allah secara ikhlas, karena ketergantungan mereka kepada-Nya.
Tauhid
ini adalah inti dakwah para rasul, karena ia adalah pondasi tempat dibangunnya
seluruh amal. Tanpa merealisasikannya, semua amal ibadah tidak akan diterima.
Karena tidak terwujudnya tauhid uluhiyah pada diri seorang hamba, niscaya yang
akan bercokol pada akhirnya adalah lawannya, yaitu syirik. Allah berfirman :
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغۡفِرُ أَن يُشۡرَكَ بِهِۦ ٤٨
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik” (QS.
An-Nisa: 48)
فَٱعۡلَمۡ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَٱسۡتَغۡفِرۡ
لِذَنۢبِكَ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِۗ ۡ ١٩
Artinya: “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan)
selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang
mukmin, laki-laki dan perempuan”. (QS. Muhammad: 19)
Dalam
ayat ini, Allah memerintahkan untuk terlebih dahulu mengilmui makna laa
ilaaha illallahu. Kalimat tauhid laa ilaaha illallahu yang secara
harfiah bermakna “ tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Allah” ini harus
dihadapi deangan sebenar-benar pemahaman. Rukun-rukun, syarat-syarat,
konsekuensi-konsekuensi, dan pembatal-pembatalnya harus dikenali, didalam dan
diilmui.
Dengan
mengenali dan kemudian mengamalkannya, seorang hamba akan mampu bertauhid.
Setelah seorang hamba bertauhid, barulah datang perintah
selanjutnya,yaitu meminta ampunan Allah : “ Dan meminta ampun kepada Allah
atas dosa mu, dosa kaum beriman laki-laki dan dosa kaum beriman perempuan”.
Allah
Berfirman :
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ
إِحۡسَٰنًاۚ ٢٣
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.”
(QS. Al-Isra : 23)
Oleh
karenanya tauhid uluhiyah adalah bagian tauhid yang paling penting dan
mendasar, karena ia merupakan pondasi bagi kehidupan dan syariat. Oleh
karenanya, setiap nabi dan rasul diutus dengan membawa ajaran tauhid uluhiyah
(lihat QS Al-Anbiya :25, An-Nahl: 36, Az-Zukhuf : 45). Tauhid uluhiyah
merupakan tugas pokok hidup manusia dan jin (lihat QS.Adz-Dzariyat : 56).
Tauhid
uluhiyah merupakan hak Allah atas hamba-Nya. Barang siapa memurnikan tauhid
uluhiyah dengan beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan segala
bentuk peribadahan kepada selain-Nya, niscaya ia mendapatkan mandat jaminan
untuk masuk surga. Jika ia melakukan berbagai kemaksiatan dan ia mati nasibnya
terserah kepada Allah. Jika Allah berkehendak, dosa-dosanya tersebut
diampuni-Nya.
Bila
Allah tidak berkenan mengampuni dosa-dosanya, ia akan masuk neraka terlebih
dahulu untuk dibersihkan dari noda-noda dosa. Setelah dosa-dosanya habis dicuci
di neraka, ia kan diangkat dan dimasukkan ke dalam surga. Berbeda dengan orang
yang melakukan kesyirikan, ia akan selamanya di neraka, tanpa diperkenankan
untuk mencicipi surga sedikitpun.
Sebagai
Rabb, secara otomatis Allah adalah ilah, yaitu satu-satunya Zat yang layak dan
berhak untuk diibadahi oleh seluruh makhluk. Allah mengingatkan seluruh manusia
untuk beribadah kepada-Nya semata, karena Dia-lah yang telah menciptakan,
memberi rezeki, dan mengatur kehidupan serta kematian mereka. Allah Berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعۡبُدُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُمۡ
وَٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ٢١ ٱلَّذِي جَعَلَ لَكُمُ
ٱلۡأَرۡضَ فِرَٰشٗا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءٗ وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ
فَأَخۡرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ رِزۡقٗا لَّكُمۡۖ فَلَا تَجۡعَلُواْ لِلَّهِ
أَندَادٗا وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ٢٢
Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang
yang sebelummu, agar kamu bertakwa.”
“Dialah
yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”(QS.
Al-Baqarah : 21-22)
Tauhid
uluhiyah merupakan bukti nyata dari ikrar seorang hamba :
قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ
ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٦٢ لَا شَرِيكَ لَهُۥۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرۡتُ وَأَنَا۠ أَوَّلُ
ٱلۡمُسۡلِمِينَ ١٦٣
Artinya: “Katakanlah:
sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam.”
“Tiada
sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah
orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)."(QS.
Al-An’am : 162-163)
Mayoritas
manusia mengetahui Allah sebagai sang pencipta, pemberi rizki, pengatur alam
dan kehidupan mereka. Namun pengakuan mereka tidak ditinda klanjuti dengan beribadah kepada-Nya semata.
Mereka justru melakukan berbagai bentuk ibadah kepada selain Allah. Kalau pun
beribadah kepada Allah, mereka tujukan kepada Allah. Namun sebagian besar aspek
ibadah lainnya justru mereka tujukan kepada selain Allah, yang juga adalah
makhluk seperti mereka.
Kesyirikan
dalam ibadah seperti ini tentu saja merupakan sebuah kezhaliman, karena
menempatkan dan menunjukan. Ibadah kepada pihak yang tidak berhak menerimanya.
Tidak heran bila syirik merupakan dosa besar yang paling besar, dan kezhaliman
yang paling zhalim. Allah berfirman:
وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا
تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ ١٣
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar" (QS. Luqman : 13)
Karena
besarnya kezhaliman dan kebinasaan yang ditimbulkan oleh doas syirik, Allah
menetapkan bahwa seseorang yang mati dengan membawa dosa syirik dan belum
bertoaubat dari dosa syirik tersebut, niscaya akan masuk neraka dan tidak akan
bisa masuk surga.
Berbeda
halnya dengan dosa-dosa besar lain. Jika pelakunya mati dan belum bertaubat
darinya, ia berada dalam masyiah (kehendak Allah). Jika Allah berkenan
mengampuni, niscaya dosanya diampuni dan ia akan masuk surga. Bila Allah tidak
berkenan mengampuni, niscaya ia akan masuk ke nerakauntuk dicuci doa-dosanya
sampai bersih, untuk kemudian dimasukkan ke surga. (Lihat QS.An-Nisa:48 dan 116
dan Al-Maidah: 72).
Dari
pemaparan dan pengkajian secara mendalam terhadap ayat Al-Qur’an Nabi, menjadi
jelas bahwa kesalahan dalam memahami tauhid uluhiyah merupakan sebuah
malapetaka terbesar, karena akan mengantarkan seorang hamba ke dalam jurang
kesyirikan yang teramat dalam.
Para
ahli kalam yang mengkaji akidah berdasar akal, filsafat, dan ilmu kalam telah
keliru dalam memahami tauhid. Mereka baru rampai pada tauhid Rububiyah dan
belum sampai kepada tauhid Uluhiyah. Oleh karena itu pembahasan akidah mereka
tidak mampu membendung merena dari terseret dalam berbagai praktek kesyirikan
yang membatalkan tauhid.
Para
ahli kalam memahami tauhid adalah rububiyah semata. Sehingga tatkala mereka
mengucapkan berbagai ucapan, atau melakukan berbagai amalan yang sebenarnya
telah termasuk perbuatan syirik yang membatalkan tauhid. Mereka menganggap
ucapan dan perbuatan mereka tersebut tidak membatalkan tauhid, karena mereka
meyakini akan wujud dan ke esaan Allah. Padahal, hal yang sama juka diyakini
oleh iblis, fir’aun dan kaum musyrikin arab. Meski demikian iblis, fir’aun, dan
kaum musyrikin arab telah berbuat syirik dan membatalkan tauhid, karena mereka
melakukan berbagai perbuatan yang bertolak belakang dengan Tauhid Uluhiyah.
Dengan
demikian, di sini perlu dijelaskan perbedaan pokok antara Tuhid Rububiyah
dengan Tauhid Ulibiyah. Perbedaan tersebut antara lain :
a.
Secara
etimologi bahwa Rububiyah diambil dari satu nama Allah, yaitu Rabb, sedangkan
Uluhiyah diambil dari kata Ilah sendiri.
b.
Tauhid
Rububiyah terikat dengan masalah-masalah kauniah (alam). Seperti : menciptakan,
menurunkan hujan, menghidupkam, mematikan, memberi rizki, dan semacamnya.
Sedangkan Tauhid terkait dengan perintah dan larangan, seperti hukum wajib,
sunnah, haram, makruh, halal, dan lain-lain.
c.
Kaum
musyrikin meyakini keberadaan Tauhid Rububiyah tetapi menolak untuk mengakui
Tauhid Uluhiyah, sebagaimana banyak disebutkan dalam ayat Al-Qur’an.
d.
Muatan
Tauhid Rububiyah bersifat ilmiah (pengetahuan), sedangkan muatan Tauhid
Uluhiyah bersifat amaliah (aplikasinya).
e.
Tauhid
Ulubiyah adalah konsekuensi pengakuan terhadap tauhid Rubibiyah. Artinya Tauhid
Uluhiyah berada di luar Tuhid Rububiyah. Tauhid Rububiyah tidak dianggap telah
terlaksana dengan benar, kecuali bila telah ditindaklanjuti dengan
merealisasikan Tauhid Uluhiyah. Sebaliknya, Tauhid Uluhiyah telah mencangkup
Tauhid Rububiyah. Dengan istilah lain, Tauhid Rububiyah merupakan bagian dari
Tauhid Uluhiyah.
f.
Tidak
semua yang beriman kepada Tauhid Rububiyah secara otomatis menjadi seorang
muslim, namun semua yang beriman kepada Tuhid Uluhiyah otomatis menjadi seorang
muslim.
g.
Tauhid
Rububiyah merupakan peng esaan Allah, dengan perbuatan-Nya sendiri, seperti
meng esakan Allah sebagai pencipta, pengatur alam semesta, dan sebagainya.
Sedangkan Tauhid Uluhiyah adalah meng esaakan Allah dengan alam perbuatan
hamba, seperti : shalat, zakat, puasa, shiyam, membaca Al-Qur’an, menuntut
ilmu, berbakti kepada kedua orang tua, cinta, benci, rasa harap dan seluruh
amal ibadah lain. Oleh karena itu Tauhid Uluhiyah sering juga disebut dengan
istilah Tauhid iradah wa Thalab (Tauhid kemauan dan permohonnan).
3.
Tauhid Asma’ dan Sifat
Tauhid ini menetapkan dan mengakui
bahwa sifat Allah mempunyai nama-nama yang baikdan sifat-sifat yang tinggi dan
sempurna, yang termaktub dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan Sunnah Nabawiyah.
Akidah Ahlus
sunnah yang di ajarkan oleh Rasulluah kepada generasi sahabat, dan di ajarkan
secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya dalam masalah
nama-nama dan sifat-sifat Allah, adalah mengakui dan menetapkan semua nama dan
sifat Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tanpa sedikit pun
melakukan ta’thil (meniadakan nama atau sifat Allah), tahrif (memalingkan maknanya
kepada makna yang tidak dikehendaki oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah), tamtsil (menyerupakan
nama, atau sifat Allah dengan nama atau sifat makhluk), dan takyif
(mempersoalkan hakikat nama dan sifat Allah dengan menanyakan’bagaimana).
Sebagaimana dijelaskan oleh Allah firman Allah:
4 }§øŠs9 ¾ÏmÎ=÷WÏJx. Öäï†x« ( uqèdur ßìŠÏJ¡¡9$# çŽÅÁt7ø9$# ÇÊÊÈ
Artinya: “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia dan Dialah
yang mah
Melihat dan mendengar.
Pengagalan
ayat ini, yaitu firman Allah ‘tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia’
membantah orang-orang yang melakukan tamsil dan takyif.
Penggalan kedua Ayat ini, yaitu
firman Allah ‘dan Dia maha mendengar lagi maha melihat’ membantah orang-orang
yang melakukan ta’thil dan tahrif.
Ayat yang mulia ini menunjukan bahwa
Allah mempunyai nama-nama yang agung yang ada di di asmaul husna.[6]
4.
Tauhid Mulkiyah
Yaitu mentauhidkan Allah dalam mulkiyahnya bermakna kita mengesakan Allah
terhadap pemilikan, pemerintahan dan penguasaanNya terhadap alam ini. Dialah
Pemimpin, Pembuat hukum dan Pemerintah kepada alam ini. Hanya landasan
kepemimpinan yang dituntut oleh Allah saja yang menjadi ikutan kita. Hanya
hukuman yang diturunkan oleh Allah saja menjadi pakaian kita dan hanya perintah
dari Allah saja menjadi junjungan kita.
Allah berfirman :
Allah berfirman :
Katakanlah (wahai Muhammad) : “Wahai Tuhan yang
mempunyai kuasa pemerintahan, Engkaulah yang memberi kuasa pemerintahan kepada
siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkaulah yang mencabut kuasa pemerintahan
dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah juga yang memuliakan siapa yang
Engkau kehendaki dan Engkaulah yang menghina siapa yang Engkau kehendaki. Dalam
kekuasaan Engkaulah saja adanya segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa
atas tiap-tiap sesuatu. [Ali Imran : 26]
“Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan
(hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang
yakin?” [Al Maidah: 50]
Tauhid Mulkiyah menuntuk adanya ke-wala-an secara
totalitas kepada Allah, Rasul dan Amirul Mukmin (selama tidak bermaksiat kepada
Allah SWT)
Pemimpin (wali). Wali adalah sebahagian dari sifat-sifat mulkiyatullah. Ia membawa arti sifat penguasaan iaitu sebagai pelindung, penolong dan pemelihara.
“Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan kitab (Al-Qur’an, dan Dia lah jua yang menolong dan memelihara orang-orang yang berbuat kebaikan.” [Al A'raaf : 50]
Pemimpin (wali). Wali adalah sebahagian dari sifat-sifat mulkiyatullah. Ia membawa arti sifat penguasaan iaitu sebagai pelindung, penolong dan pemelihara.
“Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan kitab (Al-Qur’an, dan Dia lah jua yang menolong dan memelihara orang-orang yang berbuat kebaikan.” [Al A'raaf : 50]
Pembuat Hukum. Hakiman atau pembuat
hukum juga adalah sebahagian dari sifat mulkiyatullah. Ia mesti diikhtiraf oleh
manusia dan tunduk hanya kepada hukum-hukum yang telah diturunkan olehNya saja
karena hak mencipta hukum itu hanya terhadap kepada Allah semata-mata.
“Apa yang kamu sembah, yang lain dari Allah,
hanyalah nama-nama yang kamu menamakannya, kamu dan datuk nenek kamu, Allah
tidak pernah menurunkan sembarang bukti yang membenarkannya. Sebenarnya hukum (yang menentukan amal ibadat) hanyalah bagi Allah. Ia
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah melainkan Dia. Yang demikian itulah
agama yang betul, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [Yusuf : 50]
Pemerintah Aamiran atau pemerintah satu lagi sifat mulkiyatullah yang perlu diketahui oleh setiap muslim. Allah memiliki Arasy dan memerintah seluruh mahluk ciptaannya ini dengan ketentuan daripadanya. Dia yang menciptakan dan Dia yang mengarahkan menurut apa yang dikehendakiNya.
Pemerintah Aamiran atau pemerintah satu lagi sifat mulkiyatullah yang perlu diketahui oleh setiap muslim. Allah memiliki Arasy dan memerintah seluruh mahluk ciptaannya ini dengan ketentuan daripadanya. Dia yang menciptakan dan Dia yang mengarahkan menurut apa yang dikehendakiNya.
“Sesungguhnya Tuhan
kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa lalu. Ia
bersemayam di atas Arasy. Ia melindungi malam dengan siang yang mengiringinya
dengan deras (silih berganti) dan (Ia pula yang menciptakan) matahari dan bulan
serta bintang-bintang, (semuanya) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, kepada
Allah jualah tertentu urusan menciptakan (sekalian mahluk) dan urusan
pemerintahan. Maha Suci Allah yang mencipta dan mentadbirkan sekalian alam.”
[Al A'raaf : 50]
Perbedaan Pandangan Mengenai Pembagian Tauhid
Mulkiyah/ Hakimiyah Dalam pandangan kami Tauhid Mulkiyah adalah bagian dari
pada Tauhid Uluhiyah (Pengesaan Allah dengan ibadah kepada-Nya. penj).
Sebagaimana saya pernah mendengar Syekh Muhammad bin Ibrahim, Syekh Bin Baz
adalah diantara orang yang tidak mengajarkan Tauhid Hakimiyah ini kepada orang
banyak. Dari sana banyak diantara golongan salafy saudi yang tidak mengacuhkan
istilah ini dan menganggapnya sebagai bid’ah, apakah pendapat ini benar? Kemudian bisakah Anda tunjukkan kitab apa saja yang memuat keterangan
tentang dimensi tauhid ini?
Jawab : Segala puji
hanya bagi Allah Swt. semata yang mengatur alam semesta ini. Adapun yang
dimaksud dengan Tauhid Hakimiyyah adalah pengesaan Allah dalam perkara hukum dan
syari’at. Sebagaimana Allah tidak memiliki serikat dalam kekuasaanNya, dalam
mengurus berbagai urusan makhlukNya, demikian juga Allah swt tidak memiliki
sekutu dalam hukum dan pembuatan undang-undang (tasyri’). Allah adalah hakim
yang paling adil, Dia memiliki kewenangan untuk memutuskan dan memerintah, maka
tidak ada sekutu bagiNya dalam membuat hukum dan perundang-undangan.
Sebagaimana Dia tidak membutuhkan sekutu dalam kekuasaan dan mengatur urusan
mahluk-Nya. Maka demikian halnya Dia Esa dalam masalah hukum dan tasyri’.
Firman Allah :”Keputusan
itu hanyalah kepunyaan Allah. dia Telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah
selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.” (Yusuf:40)
“dan Allah menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya) , tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya; dan Dia-lah yang Maha cepat hisab-Nya.” (ar-Ra’d:41)
“Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki- Nya.”
(al-Maidah:1)
”dan dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan.” (al-Kahfi:26)
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?.” (al-Maidah:50)
“Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, Maka putusannya (terserah) kepada Allah.” (asy-Syura:10)
“dan jika kamu menuruti mereka, Sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.” (al-An’am:121)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan secara jelas dan kuat tentang tauhid ini, dan iman seseorang tidaklah dapat dikatakan sah tanpa adanya tauhid ini. Dalam hadits shohih disebutkan bahwa Nabi Saw.barkata:
“sesungguhnya Allah adalah hakim dan keputusan ada pada-Nya”.
“dan Allah menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya) , tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya; dan Dia-lah yang Maha cepat hisab-Nya.” (ar-Ra’d:41)
“Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki- Nya.”
(al-Maidah:1)
”dan dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan.” (al-Kahfi:26)
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?.” (al-Maidah:50)
“Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, Maka putusannya (terserah) kepada Allah.” (asy-Syura:10)
“dan jika kamu menuruti mereka, Sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.” (al-An’am:121)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan secara jelas dan kuat tentang tauhid ini, dan iman seseorang tidaklah dapat dikatakan sah tanpa adanya tauhid ini. Dalam hadits shohih disebutkan bahwa Nabi Saw.barkata:
“sesungguhnya Allah adalah hakim dan keputusan ada pada-Nya”.
Namun
pertanyaannya, apakah tauhid hakimiyah ini bukan termasuk tauhid uluhiyyah atau
malah bagian tersendiri yang lain dari tauhid uluhiyyah. Saya katakan, “Tidak, Tauhid ini bukanlah satu jenis tauhid tersendiri yang
bukan bagian dari tauhid uluhiyah. Tauhid ini sudah terkandung di dalam Tauhid
Uluhiyyah. Ada juga unsur yang termasuk kedalam kategori tauhid Rububiyyah. Dan
ada juga unsurnya yang masuk ke dalam kategori Tauhid asma’ dan sifat. Namun di saat syirik merajalela di
kalangan ummat dalam bentuk memutuskan hukum tidak sesuai dengan apa yang Allah
turunkan, tetapi memutuskan hukum menggunakan undang-undang kufur dan UU
thaghut. Kondisi ini
mengisyaratkan agar istilah tauhid hakimiyah ini disebutkan tersendiri agar
orang-orang melihat urgensi tauhid ini.
Tanpa adanya tauhid ini maka sesunggunya mereka belum memenuhi tuntutan
tauhid uluhiyah sebagaimana mestinya. Sebagai contoh; Anda menjumpai suatu kaum yang musyrik dalam hal
ketaatanya, kemudian Aanda berkata, “Kalian seharusnya melakukan tauhid tho’ah
(hanya taat pada Allah swt semata), dan janganlah mentaati seseorang karena
dzatnya kecuali pada Allah swt. Maka statemen Anda yang
seperti ini benar dan Anda tidak boleh diingkari. Juga tidak benar kalau
dikatakan bahwa Aanda membuat sesuatu yang baru dalam masalah tauhid yang
namanya tauhid tho’ah, atau menyebut tauhid lain selain tauhid uluhiyah!!!
Begitu pula ketika Anda menjumpai suatu kaum yang telah menyekutukan Allah
dengan mengangkat tandingan-tandingan bagi Allah dalam aspek mahabbah, wala’
dan baro’ (cinta, loyalitas dan anti loyalitas).
Saat itu Anda terpaksa menyebut tauhid Mahabbah, sebab yang layak dicintai
karena substansi (dzat)nya sendiri hanyalah Allah swt. Akan tetapi tauhid ini
bukanlah jenis tauhid baru yang bukan tauhid uluhiyah, sebagaimana statemen
anda tentang tauhid mahabbah ini tidak ada unsur yang baru apalagi bid’ah.
Demikian pula jika Anda dapati orang yang menyekutukan Allah swt dalam hal
berdoa dan meminta pertolongan. Merespons sikap mereka itu Anda berkata, “Kamu
harus mengesakan Allah swt dalam doa dan permohonan. Pembagian tauhid seperti
ini bukan berarti menyebutkan bagian tauhid baru yang terpisah dari tauhid
uluhiyah. Disebutkan macam seperti di atas karena adanya kebutuhan yang
mengharuskan adanya penjelasan tersendiri ketika Anda menjumpai orang yang
berbuat syirik dari sisi itu. Tidak ada seorang pun baik yang terdahulu maupun
sekarang yang mengatakan, “Bahwa tauhid hakimiyah adalah bagian tauhid
tersendiri atau bagian ke-empat dari pembagian tauhid”. Semuanya ulama’
memasukkannya ke dalam tauhid uluhiyah, dan juga memasukkan sebagian
unsur-unsur yang ada di dalamnya ke dalam bagian tauhid yang lain sebagaimana
telah dijelaskan di muka.
Adapun maksud dari disebutkannya jenis tauhid ini adalah urgensinya agar
ummat memperhatikan aspek tauhid yang sudah hampir musnah. Jika anda telah
memahaminya, propaganda dari para penentangnya sudah tidak bisa lagi untuk
dijadikan alat justifikasi selain hanya ingin mereduksi makna dari tauhid yang
tidak kalah pentingnya ini, serta ingin dijadikan sebagai pembenar dari
kekurangan para thoghut hukum dari pengingkaranya terhadap sisi tauhid ini.[7]
C.
Keutamaan
Tauhid
Diantara keutamaan tauhid adalah terhapusnya
dosa-dosa seorang hamba. Allah ta’ala berfirman
tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä óOs9ur (#þqÝ¡Î6ù=tƒ OßguZ»yJƒÎ) AOù=ÝàÎ/ y7Í´¯»s9'ré& ãNßgs9 ß`øBF{$# Nèdur tbr߉tGôg•B ÇÑËÈ
Artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah
orang-orang yang mendapat keamanan. Mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk.” (QS. Al An’am:82)
من شهد ان لااله الا الله وحده لا شريك له , وان
محمدا عبده ورسوله , وان عيسى عبدالله ورسوله وكلمته القا ها الى مريم وروح منه ,
والجنة حق , ولنار حق اد خله الله الجنة على ماكان من العمل
Artinya: “Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan
yang berhak untuk disembah selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan
Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, (bersaksi bahwa) Nabi Isa adalah hamba,
utusan dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh dari
pada-Nya, (bersaksi bahwa) surga adalah benar adanya dan neraka pun benar
adanya, maka Allah pasti memasukkannya kedalam surga betapa pun amal yang telah
dilakukannya.” (HR. Bukhari 3430, Muslim 28)
Imam Bukhari Muslim meriwayatkan pula hadits dari ‘Itban
فان الله حرم على النار من قل : لا اله الا الله
يبتغي بذ لك وجه الله
Artinya: “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang
mengucap ‘La ilaha illah’ (Tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah
selain Allah), dengan mengharap (pahala melihat) wajah Allah.” (HR. Bukhari
425, Muslim 263)
Dari Abu Sa’id Al Khudri Rasulullah bersabda,
قا ل موسى : يا رب , علمني شيعا اذ كرك وادعو ك به . قل :
قل يا موسى : لا اله الاالله : قال : يا رب كل عبدك يقولو ن
هذا , قا ل : يا مو سى , لو ان
السموا ت السبع وعا مر هن غيري , والارضين السبع في كفة , ولا اله الاالله في كفة
, ما لت بهن لا اله الله
Artinya: “Nabi Musa berkata, ‘Ya Rabbi, ajarkanlah kepadaku
sesuatu untuk berdzikir dan berdoa kepada-Mu.’ Allah berfirman, ‘Wahai Musa,
katakanlah, ‘La ilaha illallah’.’ Musa berkata, ‘Ya Rabbi, semua hamba-Mu mengatakan kalimat itu.’ Allah berfirman,
‘Wahai Musa, kalau sekiranya ketujuh langit dan penghuninya selain Aku, serta
ketujuh bumi diletakkan pada satu daun timbangan, sedangkan ‘La ilaha
illallah’, diletakkan pada daun timbangan yang lain, maka timbangan ‘La ilaha
illallah’ niscaya lebih berat.” (Sanadnya shahih, diriwayatkan oleh Nasa’i
dalam kitab Al Kubra 10760, Ibnu Hibban 6218, dan Hakim 1/528)
Tirmidzi meriwayatkan hadits yang beliau nyatakan
berderajat hasan, dari Anas, dia menceritakan bahwa dirinya mendengar bahwa
Rasulullah bersabda,
قا ل الله تعا لى : يا ابن ادم , لو اتيتني بقرا
ب الارض خطا يا , ثم لقيتني لا تشر ك بي شيىا لاتيتك بقرا بها مغفرة
Artinya: “Allah ta’ala berfirman, ‘Wahai anak Adam, seandainya
engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh jagad, lantas engkau
menemuiku dalam keadaan tidak mmenyekutukan-Ku dengan sesuatu pun, maka Aku
akan memberimu ampunan sepenuh jagad itu pula.” (HR. Tirmidzi 3540)
D. Pahala orang yang merealisasikan tauhid
Barang siapa yang mengamalkan tauhid dengan
tulus, maka dia akan masuk surga tanpa hisab.
Allah ta’ala berfirman :
ان ابر هيم كا ن امنة قا نتا لله حنيفا ولم يك
من المشر كين
Artinya: “Sesungguhnya ibrahim adalah seorang imam yang dapat
dijadikan teladan lagi patut kepada Allah dan hanif. Sekali-kali bukanlah dia
termasuk orang-orang yang berbuat syirik.” (QS. An Nahl: 120)
وا لذين هم بربهم لا يشر كون
Artinya: “Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Rabb mereka (dengan
sesuatu pun).” (QS. Al Mukminun: 59)
Husain bin Abdirrahman menutur bahwa suatu
ketika dirinya bersama Sa’id bin Jubair. Lalu ia bertanya, “ Siapakah diantara kalian yang melihat bintang jatuh semalam?” “Saya”
kataku, kemudian saya melanjutkan, “Waktu
itu saya sedang tidak mengerjakan shalat. Akan tetapi saya sedang terkena
sengatan kalajengking.” Sa’id bertanya, “Lantas
apa yang kamu lakukan?” Saya menjawab,
“Minta diruqyah.” Ia bertanya lagi, “Apa
yang mendorongmu untuk berbuat demikian?” Saya jawab, “Sebuah hadits yang disampaikan oleh Asy Sya’bi kepada kami.” Ia
bertanya lagi, “Apa yang disampaikan As
Sya’bi kepadamu?” Saya menjawab, “Dia
menuturkan kepada kami hadits dari Buraidah bin Al Hushaib yang berbunyi,
لا رقية الا من عين اوحمة
Artinya: “Tidak ada ruqyah yang lebih manjur selain kepada[8]
yang terkena ‘ain[9] atau
sengatan.” (Shahih, diriwayatkan oleh Ibnu Majah).[10]
Imam Muslim meriwayatkan dari jabir, dia
menuturkan bahwa Rasulullah bersabda,
Artinya: “Barangsiapa bertemu dengan
Allah (mati) dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun maka dia
akan masuk surga. Barangsiapa bertemu dengan Allah (mati) dalam keadaan
menyekutukan Allah dengan sesuatu pun, maka dia akan masuk neraka.” (HR. Muslim
93)[11]
BAB
III
PENUTUP
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan
bahwa tauhid merupakan sikap dalam meyakini keesaan Allah baik dalam
rububiyah-Nya, keikhlasannya dalam beribadah serta meyakini dan menetapkan nama
dan sifat Allah yang sempurna. Tauhid adalah menunggalkan Allah ta’ala dalam
masa rububiyah, uluhiyah dan kesempurnaan nama dan sifatNya. Sebagai
umat muslim wajib untuk bertauhid dan meyakini keesaan Allah, bahwa Allahlah
satu-satunya yang wajib di sembah tanpa ada yang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
-Syaikh Muhammad, Kitab Tauhid Memurnikan
La Illaha Illallah, (Jogjakarta: Media Hidayah), hlm 13
-Kelompok telaah kitab Ar-Risalah, Buku Pintar Akidah, (Sukoharjo: Roemah Buku), hlm. 198.
-Syaikhul Islam
Ibnu Tamiyah mengatkan bahwa ibadah adalah suatu ungkapun yang mencakup segala
ucapan dan perbuatan baik yang lahir maupun yang batin yang di cintai dan
diridhoi Allah. (Al Ubudiyah hlm. 20) Agar suatu ibadah di terima Allah, maka
ibadah harus memenuhi dua kriteria yaitu ikhlasdan mengikuti tuntunan
Rasulullah SAW. Keduanya harus beriringan tidak boleh dipisahkan karena Allah
tidak akan menerima amalan yang disertai kesyirikan.
-Ibnu Qayyim
mengatakan bahwa thaghut adalah segala sesuatu (selain Allah) yang di sembah,
diikuti, dan ditaati hingga melampau batas oleh seorang hamba.’Umar mengatakan
bahwa thaghut adalah setan. Jabir mengatakan bahwa thaghuh adalah dukun yang selalu didatangi setan. Imam Malik
mengatakan bahwa thaghuh adalah segala yang disembah selain Allah.
-Muhammad
bin Abdul wahab, Kitab Tauhid, (Jogjakarta: Media hidayah, 2004), hlm. 15
-Abdul wahab bin
Muhammad, Kitab Tauhid, Jogjakarta:
Media hidayah, 2004.
-Kelompok telaah
kitab Ar-Risalah, Buku Pintar Akidah,
Sukoharjo: Roemah Buku.
[1]
Syaikh Muhammad, Kitab Tauhid
Memurnikan La Illaha Illallah, (Jogjakarta: Media Hidayah), hlm 13
[2] Kelompok telaah kitab
Ar-Risalah, Buku Pintar Akidah,
(Sukoharjo: Roemah Buku), hlm. 198.
[3] Syaikhul Islam Ibnu Tamiyah
mengatkan bahwa ibadah adalah suatu ungkapun yang mencakup segala ucapan dan
perbuatan baik yang lahir maupun yang batin yang di cintai dan diridhoi Allah.
(Al Ubudiyah hlm. 20) Agar suatu ibadah di terima Allah, maka ibadah harus
memenuhi dua kriteria yaitu ikhlasdan mengikuti tuntunan Rasulullah SAW.
Keduanya harus beriringan tidak boleh dipisahkan karena Allah tidak akan
menerima amalan yang disertai kesyirikan.
[4] Ibnu Qayyim mengatakan bahwa
thaghut adalah segala sesuatu (selain Allah) yang di sembah, diikuti, dan
ditaati hingga melampau batas oleh seorang hamba.’Umar mengatakan bahwa thaghut
adalah setan. Jabir mengatakan bahwa thaghuh adalah dukun yang selalu didatangi setan. Imam Malik
mengatakan bahwa thaghuh adalah segala yang disembah selain Allah.
[5] Muhammad bin Abdul wahab, Kitab
Tauhid, (Jogjakarta: Media hidayah, 2004), hlm. 15
[6] Ibid, hlm. 225
[8] Penyembuhan dengan menggunakan
ayat-ayat Al Qur’an dan do’a-do’a yang diajarkan Rasulullah
[9] Pengaruh jahat yang timbul
karena rasa dengki seseorang melalui pandangan matanya
[11] Ibid, hlm. 31
Tidak ada komentar:
Posting Komentar