Minggu, 15 Januari 2017

PARADUGMA HOLISTIK KESEHATAN MENTAL



PARADIGMA HOLISTIK
KESEHATAN MENTAL
Disusun untuk Memenuhi salah satu tugas mata ESQ dan Kesehatan Mental
Dosen Pengampu : Nisrokha, S.Pd.I.,M.Pd




Disusun oleh:

SUNDARI YULIANINGSIH             (3130010)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) PEMALANG
Tahun 2016-2017


BAB I
PENDAHULUAN

Dalam sejarah kehidupan manusia telah dipaparkan tentang kehidupan manusia itu dalam hubungannya dengan dunia sekitarnya. Sebenarnya tersirat pula pembicaraan tentang usaha itu dalam memertahankan keharmonisannya dalam kehidupan ini.Jadi, sebenarnya sejak dulukala usaha untuk mewujudkan keharmonisan / keseimbangan kehidupan ini telah ada, hanya bentunya belum sistematis dan masih sederhana.Mental hygiene disebut juga ilmu kesehatan mental merupakan ilmu pengetahuan yang masih muda.Dulu orang berpendapat gangguan keseimbangan / keharmonisan mental itu disebabkan oleh gangguan roh-roh jahat.Maka usaha penyembuhan terhadap penderita itu dengan jalan mengusir roh-roh jahat tersebut. Caranya dengan memukuli penderita agar roh jahat tersebut pergi, dengan demikian ia akan sehat kembali. Kemudian timbul usaha kemanusiaan untuk mengadakan perbaikan / tindakan dalam penyembuhan dan pemeliharaan baik penderita gangguan mental maupun terhadap penderita penyakit mental itu. Antara lain : Philippe Pinel (Perancis). Wiliam Tuke (Inggris). Dorothe Dix (Amerika) seorang wanita sebagai tokoh abad 19 usahanya ialah mengadakan perbaikan kondisi rumah sakit jiwa di Amerika maupun di Eropa.Banyak usahanya yang dijadikan dasar aktivitas dalam mental Hygiene. Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Ia pernah menderita sakit mental selama 2 tahun dan dirawat dirumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri siksaan dan perlakuan yang keras terhadap penderita ituberdasarkan pengalamannya yaitu cara penyembuhan atau pengobatan terhadap penderita, ia pin lalu menulis buku yang berjudul “ A mind that faound it self”. Beers mengecam terhadap tindakan yang kurang berperikemanusiaan serta menyarankan program perbaikan definisi dalam cara-cara penyembuhan serta pemeliharaan terhadap penderita.Ia yakin bahwa penyakit dan gangguan mental dapat disembuhkan.[1]
Dalam makalah ini akan dibahas tentang bagaimana sejarah muncuknya kesehatan mental (ESQ), dan apa tujuan dari kesehatan mental itu sendiri serta hubungan kesehatan mental dengan disiplin ilmu lainnya.
























BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Kesehatan Mental
Kesehatan mental sering disebut juga dengan istilah mental healtdan atau mental hygiene. Secara historis, ilmu ini diakui berasal dari kajian psikologi, usaha para psikolog   yang kemudian menelurkan ilmu baru ini berawal dari keluhan-keluhan masyarakat sebagai akibat dari munculnya gejala-gejala  yang menggelisahkan. Fenomena psikologis ini tampaknya tidak hanya dirasakan oleh individu semata, melainkan oleh masyarakat luas. Ketika kegelisahan itu masih berarti.
Ketika kegelisahan itu masih berada pada taraf ringan, individu yang terkena masih mampu mengatasinya, namun ketika kegeliahan tersebut sudah bertaraf besar, maka biasanya si Penderita sudah tidak mampu mengatasinya. Bila kondisi itu di biarkan, yang terganggu tidak hanya individu itu saja, melainkan akan mengganggu orang di sekitarnya.
Latar belakang munculnya ilmu kesehatan mental ini sekaligus melahirkan pengertian awal ilmu tersebut. Ilmu kesehatan mental berkaitan erat dengan terhindarnya seseorang dari gangguan dan ppenyakit kejiwaan. Pengertian klasik ini mengandung arti sangat sempit, karena kajian ilmu kesehatan mental hanya diperuntukkan bagi orang yang mengalami gangguan dan penyakit jiwa saja. Padahal ilmu ini juga sangat dibutuhkan oleh setiap orang yang merindukan ketentraman dan kebahagiaan hidup.
Fenomena ini semakin mendorong para ahli merumuskan pengertian ilmu kesehatan yang mencakup wilayah kajian lebih luas. Marie Jahoda, seperti dikutip Yahya Jaya (1994: 49), memberikan batasan lebih luas dari pengertian pertama. Menurutnya, kesehatan mental mencangkup : (a) sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri; kemampuan mengenali diri dengan baik, (b) pertumbuhan dan perkembangan serta perwujudan diri yang baik; (c) keseimbangan mental, kesatuan pandangan, dan ketahanan terhadap segala tekanan; (d) otonomi diri yang mencangkup unsur-unsur pengatur kelakuan dari dalam atau kelakuan-kelakuan bebas; (e) persepsi mengenai realitas, terbebas dari penyimpangan kebutuuhan serta memiliki empati dan kepekaan sosial; dan (f) kemampuan menguasai dan berintegrasi dengan lingkunggan. Sementara Goble, mengutip dari Assagioli, mendefinisikan kesehatan mental adalah terwujudnya integritas kepribadian, keselarasan dengan jati diri, pertumbuhan kearah realitas diri, dan ke arah hubungan yang sehat dengan orang lain.
Sepintas lalu, kedua pengertian di atas terkesan sudah komprehensif dan utuh. Namun setelah di tekiti, dua definisi tersebut masih mengandung kekurangan– sempurnaan, terutama bila terlihat dari wawasan yang berorientasi islam. Bila dicermati, kedua definisi di atas bertopang pada paham psikologi murni. Psikologi sangat mengandalkan data-data empirik dan metodologi rasional. Psikologi sebagai salah satu bentuk sains kontemporer, tidak banyak mengkaji dan mendiskusikan data-data metaempirik dan metodologi rasional, dan biasanya ciri-ciri utama telaahnya lebih bersifata sensori, matrealistik, objektif, dan kuantitatif. Oleh karena itu, dua rumusan pengertian kesehatan mental di atas tidak bisa lepas dari bingkai paradigma sains kontemporer. Konsekuensinya kesehatan mental di ukur dengan sejauh mana persepsi seseorang terhadap realitas empirik semata. Kesehatan mental dianggap identik dengan seberapa mampu seseorang dalam mempersepsi terhadap lingkungan realitas  empirik dengan baik. Realitas empirik yang dimaksud mencakup lingkungan yang terbatas pada diri dan masyarakat di sekitarnya. Realitas meta-empirik yang meliputi makhluk spiritual, alam ruh, Allah, dan sebagainya, tidak dibicarakan.
Upaya penyempurnaan pngertian kesehatan mental trsebut terus dilakukan oleh para pakar.Arah penyempurnaannya diarahkan pada “ketercakupan seluruh potensi manusia yang multi-dimensi”. Sebagai pionernya, diantaranya adalah Zakiah Darajat (2001: 56-77), yang mencoba merumuskan pengertian kesehatan mental yang mencangkup seluruh potensi manusia.Menurutnya, kesehatan mental adalah bentuk personifikasi iman dan takwa seseorang. Ini dipahami bahwa semua kriteria kesehatan mental yang dirumuskan harus mengacu pada nilai-nilai iman dan takwa. Bila kesehatan mental yang dirumuskan harus mengacu pada nilai-nilai iman dan takwa, akidah dan syari’at. Dilibatkannya unsur iman dan takwa dalam teori kesehatan mental itu tertopang pada suatu kenyataan, bahwa tidak sedikit ditemukan orang yang tampaknya hidup sejahtera dan bahagia, kepribadiannya menarik, sosialitasnya sanga baik, akan tetapi sebenarnya jiwanya gersang dan stres, lantaran dia tidak beragama, atau setidaknya kurang taat beragama. Inilah bentuk kesehatan mental semu.Secara nyata, orang tersebut dapat disebut sehat mental. Perilaku dan perbuatannya dinilai saangat baik oleh lingkungan. Dia sukses dilihat dari pengertian Zakiah Darajat, orang tersebut tidak sehat mental, lantaran dia gagal dalam berhubungan dengan Tuhannya.
Dengan demikian, dapat dikatakan, bahwa hakikat kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian, keharmornisan, dan integritas yang mencangkup seluruh potensi manusia secara optimal dan wajar. Optimal dan wajar mengisyaratkan bahwa disadari betapa sulitnya menemukan sosok manusia yang mencapai tingkat kesehatan mental yang sempurna. Biasa juga dikatakan, mmanusia berusaha mencapai kesehatan mental menuju kesempurnaaan, bahkan yang lazim ditemukan, orang-orang yang mencapai tingkat kesehatan mental yang wajar.
Dalam perspektif lain, sebagai disiplin ilmu ndi bidang psikologi, kesehatan mental atau hygiene mental adalah ilmu yang di pelajari masalah kesehatan mental dan bertujuan untuk mencegah serta mengobati (menyembuhkan) individu dari gangguan kejiwaan (kartono dkk, 1989:3). Kesehatan mental memiliki banyak pengertin. Hal ini desebabkan karena adanya pemaknaan kesehatan mental dilatar belakangi oleh konsepsi-konsepsi empirik tertentu yang merupakan bagian dari teori kesehatan mental (Mujib dkk, 2001:133).
Istilah kesehatan mental diambil dari konsep mental hygiene, maka kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berarti kejiwaan. Kata mental memiliki persamaan makna dengan kata “psyhe” yang berasal dari bahasa Latin yang berarti psikis atau jiwa. Jadi dapat diammbil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan  mental. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis; penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial (Mujib, 2002:139). Mental yang sehat tidak akan terganggu oleh stressor (penyebab terjadinya stres). Orang yang memiliki mental yang sehat berarti mampu menahan diri dari tekanan-tekanan yang datang dari dirinya sendiri dan lingkungannya. Notosoedirdjo (1980: 23) menyaatakan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki kesehatan mental adalah memiliki kemampuan diri untuk bertahan dari tekannan-tekanan yang datang dari lingkungannya. Sedangkan menurut Clausen Karantenan, keberadaan seseorang teerhadap stressor berbeda-beda kareena faktor genetik, proses belajar dan budaya yang ada di lingkungannya, intensitas stressor yang diterima oleh seseorang dengan orang lain juga berbeda.
Latipun (2005:43), mengatakan bahwa terdapat banyak cara dalam mendefinisikan kesehatan mental (mental hygene), yaitu : (1) karena tidak mengalami gangguan mental; (2) tidak jatuh sakit akibat stressor; (3) sesuai dengan kepastiannya dan selaras dengan lingkungannya; dan (4) tumbuh dan berkembang secara positif.
Pertama, sehat mental karena tidak mengalami gangguan mental.Orang sehhat mentalnya adalah orang yang tahan terhadap sakit jiwa atau terbebas dari sakit dan gangguan jiwa. Vaillaint (dalam Latipum, 2005: 31), mengatakan bahwa kesehatan mental atau psikologis itu “ as the presence of successfull adjustment or the absence of psychopstology”, dan yang dikemukakan oleh Kazdin  yang menyatakan kesehatan mental “ as a state in which there is an absence of dysfunction in psychological, emotional, behavioral, and sosoal spheres”. Pengertian ini bersifat dikotomis, bahwa oang berada dalam keadaan sakit atau sehat psikisnya. Sehat jika tidak terdapat sedikitpun gangguan psikisnya, dan jika ada gangguan psikis maka diklasifikasikan sebagai orang sakit dengan kata lain sehat dan sakit itu mental itu bersifat nominal yang dapat di bedakan kelompok-kelompoknya. Sehat dengan pengertian ”Terbebas dari gangguan”, berarti jika ada gangguan sekalipun sedikit seseorang itu dianggap tidak sehat.
Kedua, sehat mental jika tidak sakit akibat adanya stressor. Notosoedirjo mengatakan bahwa orang yang sehat mentalnya adalah orang yang dapat menahan diri tidak jatuh sakit akibat stressor (sumber stres).
Ketiga, sehat mental jika sejalan dengan kapasitasnya dan selaras dengan lingkungannya. Michael dan Kirk Patrick memandang bahwa individu yang sehat mentalnya jika terbebas dari gejala psikiatris dan individu itu berfungsi secara optimal dalam lingkungan sosialnya. Pengertian ini terdapat aspek indiviidu dan aspek lingkungan.
Keempat, sehat mental karena tumbuh dan berkembang secara positif. Frank,L.K merumuskan pengertian kesehatan mental secara lebih komprehensif dan melihat kesehatan mental secara positif. Dia mengemukakan kesehatan mental adalah orang yang terus menerus tumbuh, berkembang dan matang dalam hidupnya, menerima tanggung jawab, menemukan penyesuaian dalam berpartisipasi dalam memelihara aturan sosial.
Dari berbagai pengertian yang ada, Johada merangkum pengertian kesehatan mental dengan mengemukakan tiga ciri pokok mental yang sehat : (a) seseorang melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan untuk menguasai, mengontrol lingkungannya sehingga tidak pasif menerima begitu saja kondisi sosialnya. (b) seseorang menunjukan keutuhan kepribadiannyaa mempertahankan integrasi kepribadian yang stabil yang diperoleh sebagai akibat dari pengaturan yang aktif, (c) seseorang mempersepsikan  dunia dengan dirinya dengan benar, independen dalah hal kebutuhan pribadi.
World federation for mental health merumuskan kesehatan mental sebagai berikut (1) kesehatan mental sebagai kondisi yang memungkinkan adanya perkembangan yang optimal baik secara fisik, intelektual, dan emosional, sepanjang hal itu sesuai dengan keadaan orang lain. (2) sebuah masyarakat yang baik adalah masyarakat yang membolehkan perkembangan ini pada anggota masyarakatnya selain pada saat yang sama menjamin dirinya berkembang dan toleran terhadap masyarakat yang lain. Dalam konteks ini kesehatan mental itu tidak cukup dalam pandangan individu melainkan dukungan dari masyarakat untuk berkembang secara optimal.
Dibalik keanekaragaman konsep kesehatan mental, beberapa ahli mengemukakan semacam orientasi umum dan pola-pola wawasan kesehatan mental. Saparinah sadli mengemukakan tiga orientasi kesehatan mental. Pertama, orientasi klasik. Kedua, orientasi penyesuai diri. Ketiga, orientasi pengembangan potensi.
Zakiyah daradjat mengemukakan lima buah rumusan kesehatan mental yang lazim dianut para ahli :
1.      Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala gangguan jiwa dan penyakit jiwa.
2.      Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan diri sendiri , orang lain, dan masyarakat serta lingkungan tempat ia hidup.
3.      Kesehatan mental adalah keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi jiwa yaitu kesanggupan untuk menghadapi problema yang biasa terjadi, serta terhindar dari kegelisahan dan konflik batin.
4.      Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan serta memanfaatkan potensi, bakat, dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa.
5.      Kesehatan mental adalah erwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya dan lingkungan, berlandaskan keimanan, ketakwaan serta bertujuan mencapai hidup yang bermakna dan bahagia dunia akhirat.
Dari  berbagai pengertian kesehatan mental yang telah diungkap diatas, menunjukan bahwa pengertian kesehatan mental sangat luas. Namun belum mencakup seluruh bidang kehidupan manusia.Manusia hidup punya pegangan hidup, yaitu agama, sedangkan pengertian-pengertian yang telah disebutkan diatas tidak menyangkut atau menyinggung aspek agama. Padahal, agama merupakan petunjuk bagi manusia serta menghendaki manusia memperoleh ketentraman hati, kedamaian dan kebahagiaan hidupnya. Pada posisi inilah zakiyah Daradjat, memberikan definisi mengenai kesehatan mental sebagai berikut :
Kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketakwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia dunia akhirat.
Memahami kesehatan mental secara luas adalah penting di zaman ini. Hal ini dikarenakan walaupun kemajuan ilmu teknologi, dan industrialisasi dapat memberikan kemudahan dan kesenangan kepada manusia, tetapi semuanya itu belum dapat menjamin kesejahteraan dan kebahagiaan jiwa.Ini disebabkan kemajuan yang membawa pada perubahan dalam kehidupan sosial dan budaya manusia dan sudah barang tentu mempengaruhi kehidupan jiwa. Semakin maju kebudayaan dan peradaban, semakin kompleks pula masalah dan kebutuhan hidup manusia. Adalah suatu kenyataan bahwa kesehatan mental berhubungan dengan berbagai segi kesejahteraan masyarakat seperti kemiskinan, pendidikan, pekerjaan, dan perumahan. Berdasarkan uraian di atas, pengertian kesehatan mental yang dirumuskan oleh zakiyah Daradjat hanya dengan kesehatan mental dalam arti yang luaslah bisa terwujud kesejahteraan dan kebahagiaan manusia yang sesungguhnya. Tanpa pengertian demikian, orang mungkin saja mencapai kondisi mental yang memadai tetapi itu hanya dalam arti semu.Kondisi kesehatan mental yang sesungguhnya adalah mencakup seluruh aspek kehidupan manusia di dunia dan akhirat serta ilmu agama.
Ada penelitian menarik dari world health organization (WHO) dalam memberikan kriteria jiwa atau mental yang sehat. Menurut organisasi ini, mental yang sehat adalah mental yang dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan meskipun kenyataan Itu buruk baginya, memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya, merasa telah puas memberi dari pada menerima, relatif bebs dari rasa tegang dan cemas, berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling memuaskan, menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajar untuk kemudian hari, menjerumuskan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kreatif dan kontruktif, dan mempunyai rasa kasih sayang. Pada tahun 1984, WHO menyempurnakan batasan sehat dengan menambahkan satu elemen spiritual (agama), sehingga yang sekarang ini dimaksud dengan sehat adalah tidak hanya dalam arti fisik , spikologi, dan sosial, tetapi sehat dalam arti spiritual agama (empat dimensi sehat, bio-psiko-sosial-spiritual) (hawari, 1996 : 12).
Dari definisi ini dapat di ketahui bahwa peranan agama sangat penting dalam kesehatan mental. Adanya unsur keimanan dan ketakwaan menambah keyakinan kita untuk menjaga kesehatan mental.Keimanan dan ketakwaan disini adalah beriman dan bertakwa kepada Allah Swt, karena dengan beriman dan bertakwa kepada-Nya manusia dengan mudah dapat mengatasi segala gangguan dan penyakit mental, demi terwujudnya harapan manusia mencapai hidup bahagis dunia dan akhirat.Dalam konteks kekinian, kesehatan mental modernitas yang semakin kompleks yang memacu manusia untuk sekuat tenaga berakselerasi dengan zaman. Dari sinilah konsekuensi modernitas muncul. Kalau diperhatikan manusia dalam kehidupannya muncul fenomena yang bermacam-macam yang terlihat. Ada orang yang kelihatannya selalu berbicara dan bahagia, walau apapun keadaan yang dihadapinya dia desenangi orang, tidak ada orang yang membencinya dan pekerjaanya selalu berjalan dngan lancar. Sebaliknya ada pula orang yang sering mengeluh dan bersedih hari, tidak cocok dengan orang lain dalam pekerjaannya, tidak bersemangat serta tidak dapat memikul tanggung jawb. Hidupnya dipenuhi kegelisahan, kecemasan, dan ketidakpuasan dan mudah diserang oleh penyakit-penyakit yang jarang dapat diobati. Mereka tidak pernah merasakan bahagia. Disamping itu ada juga orang yang dalam hisupnya suka mengganggu, melangggar hak dan ketenangan orang lain, suka mengadu domba, memfitnah, menyeleweng, menganiaya dan menipu.
Gejala-gejala kegelisahan masyarakat itulah yang mendorong para ahli ilmu jiwa untuk berusaha menyelidiki apa yang menyebabkan tingkah laku orang berbeda-beda, meskipun kondisinya sama, juga apa sebabnya orang yang tidak mampu mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Usaha ini menumbuhkan satu cabang termuda dari ilmu jiwa yaitu kesehatan mental. Menurut kartini-kartono (1989: 3-5) dalam Higene mental dan kesehatan mental dalam islam, secara etimologi kesehatan mental (mental hygiene) berasal dari kata “mental” dan “hygeia” adalah nama dewi kesehatan Yunani dan “hygiene” berarti ilmu kesehatan, sedangkan mental berasal dari kata latin “mens” atau “mentis” yang mempunyai arti jiwa, nyawa, sukma, roh semangat mental hygiene sering disebut pula sebagai spikolog psyche (dari kata Yunani Psuche) artinya nafas, asas kehidupan, hidup, jiwa, roh, sukma, dan semangat.
Menurut Zakiyah Daradjat (2001: 11-14) banyak pengertian tentang kesehatan mental yang diberikan oleh para ahli, sesuai dengan pandangan dan bidangnya masing-masing.Setidaknya ada empat definisi dasar. Pertama, kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari segala gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose).Definisi ini banyak mendapat sambutan dari kalangan psikiater (kedokteran jiwa).Menurut definisi ini, orang yang sehat mentalnya adalah orang yang terhindar dari segala gangguan dan penyakit jiwa.
Kedua, kesehatan mentak adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup. Definisi kedua ini, bersifat luas dan umum, karena dihubungkan dengan kehidupan secara keseluruhan. Kesanggupan untuk menyesuaikan diri itu, akan membawa orang kepada kenikmatan dan terhindar dari keceasan, kegelisahan, dan ketidakpuasan. Di samping itu, ia penuh dengan semangat dan kebahagiaan dalam hidup. Untuk dapat menyesuaikan diri dengan diri sendiri, harus lebih dulu mengenal diri sendiri dan menerimanya sebagaimana adanya, lalu bertindak sesuai dengan kemampuan dan kekurangan yang ada. Disamping itu, orang juga harus mengenal, memahami, dan meneliti orang lain dari segala segi secara objektif. Jangan melihat dan menilai orang lain secara subjektif, yaitu menurut perasaan dan ukurannya, tapi usahakanlah melihat orang dengan ukuran-ukuran orang itu sendiri. Kita harus mengenal keistimewaan orang disamping kekurangan atau kelebihannya. Selanjutnya perlu pula diketahui lingkungan, termasuk kaidah-kaidah sosial, peraturan dan adat istiadat, kebiasaan, ajaran agama, undang-undang, dan suasana pada umumnya. Dalam tindakan, pandangan dan apa saja yang terjadi, orang tidak boleh melupakan di mana orang berada, agar tindakan kita tidak bertentangan dengan peraturan dan kebiasaan yang berlaku, serta menyadari sepenuhnya akan kewajiban kita terhadap lingkungan itu. Menurut definisi kedua ini, orang yang sehat mentalnya adalah orang yang dapat menguasai segala faktor dalam hidupnya, sehingga ia dapat menghindarkan tekanan-tekanan perasaan atau hal-hal yang membawa kepada frustasi.
Ketiga, kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaannya yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa.Definisi ini mendorong orang mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi yang ada. Jangan sampai ada bakat yang tidak tumbuh dengan baik atau yang digunakan dengan cara yang tidak membawa kepada kebahagiaan, yang mengganggu hak dan kepentingan orang lain. Bakat yang tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, akan membawa kepada kegelisahan dan pertentangan batin. Dalam pergaulan dengan orang atau keluarganya akan terlihat kaku dan mungkin sekali tidak akan mengindahkan orang karena ia merasa menderita, sedih, marah pada diri sendiri dan orang lain. Mungkin pila orang mendapat kesempatan untuk mengembangkan bakat dan potensi yng ada padanya dengan baik, tapi kepandaian dan kecerdasannya itu digunakannya untuk menipu, mengambil hak orang lain, atau menyengsarakan orang, maka orang itu pun termasuk orang yang kurang sehat.
Keempat, kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya. Fungsi jiwa seperti : pikiran, perasaan, sikap jiwa, bekerja sama satu sama lain, sehingga dapat dikatakan adanya keharmonisan yang menjauhkan orang dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik). Keharmonisan antara fungsi jiwa dan tindakan tegas itu dapat dicapai antara lain dengan keyakinan akan ajaran agama, keteguhan dalam mengindahkan norma-norma agama, sosial, hukum, moral dan sebagainya. Fungsi jiwa dengan semua unsurnya bertindak menyesuaikan orang dengan dirinya, dengan orang lain dan lingkungannya. Dalam menghadapi suasana yang berubah, fungsi jiwa akan bekerja sama secara harmonis dalam menyiapkan diri untuk menghadapi perubahan terebut. Dengan demikian perubahan itu tidak akan menyebabkan kegelisahan dan kegoncangan jiwa. Kadang perubahan itu sangat besar,  misalnya : kekayaannya habis, orang yang paling disayangi meninggal dunia, sehingga timbulah ketidakharmonisan jiwa, sehingga orang menjadi murung, bingung, menjauhkan diri dengan kehidupan orang banyak, diserang oleh penyakit yang tidak ada obatnya, dan sebagainya.
Dapat dikatakan bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala gangguan dan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada Tujuan Kesehatan Mental.[2]
Beberapa definisi Kesehatan mental yang dikemukakan  menurut para ahli, yaitu:
1.      World Healt Organization dalam Winkel (1991)
Sehat adalah suatu keadaan berupa kesejahteraan fisik, mental dan sosial secara penuh dan bukan semata-mata berupa absensinya penyakit atau keadaan lemah tertentu (kesejahteraan hidup).
2.      Zakiah Darojad (1982)
Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa kepada kebahagiaan bersama serta mencapai keharmonisan jiwa dalam hidup. Seseorang yang sehat mentalnya mengalami keseimbangan dalam keadaan equilibrium, tidak sebelah dan tidak gonjang. Mempunyai kesetabilan emosi dalam menghadapi persoalan serta mendapat kepuasan dalam memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, sosial, dan metafisis.[3]

B.     Sejarah Kesehatan Mental
Dalam sejarah kesehatan mental, Secara historis kajian kesehatan mental terbagi dalam dua periode yaitu periode pra-ilmiah dan periode ilmiah.
1.      Periode Pra-Ilmiah
      Sejak zaman dahulu sikap terhadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam konsep primitive animeisme, ada keprcayaan bahwa dunia ini di awasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang primitive percaya bahwa angina bertiup, ombak mengalun, batu berguling, dan pohon tumbuh karena pengaruh roh yang tinggal dalam benda-benda tersebut. Orang yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan korban.
      Perubahan sikap terhadap tradisi animisme terjadi pada zaman Hipocrates (460-467). Dia dan pengikutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan, yaitu dengan menggunakan pendekatan naturalism, suatu aliran yang berpendapata bahwa gangguan mental atau fisik itu merupakan akibat dari alam. Hipocrates menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu. Dia menyatakan, ”jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak yang basah, dan memicu bau yang amis, akan tetapi anda tidak akan melihat roh, dewa atau hantu yang melukai badan anda”. Ide naturalistic ini kemudian dikembangkan oleh Galen, seorang tabib dalam pembedahan hewan.
Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan nzturzlistik ini tidak dipergunakan lagi di kalangan orang-orang Kristen. Seorang dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat politik dan sosial untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia telah terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Prancis.Di rumah sakit ini, para pasiennya (yang maniac) dirantai, diikat di tembok dan di tempat tidur. Para pasien yang telah dirantai selama 20 tahun atau lebih, dan mereka di pandang sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak menunjukkan lagi kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya sendiri.
2.      Era Ilmiah (Modern)
Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan era pengobatan gangguan mental, yaitu dari animisme (irrasional) dan teradisional kesikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di amerika serikat, yaitu pada tahun 1783. Ketika itu Binyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staf medis dirumah sakit penisylvania.Di rumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai Iunaties (orang gila atau sakit ingatan).Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyakit kegilaan tersebut, dan kurang mengetahui bagaimana menyembuhkannya.Sebagai akibatnya, pasien tersebut didukung dalam sel yang kurang sekali alat ventilasinya, dan mereka sekali-kali diguyur dengan air. Rush melakukan usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.
Perkembangan psikologi abnormal dan psikiatri ini memberikan pengaruh kepada lahirnya mental hygiene yang berkembang menjadi suatu body ofknowledge berikut gerakan-gerakan yang terorganisir. Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pikiran,dan inspirasi para ahli, dalam hal ini terutama dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers. Kedua orang ini banyak mendedikasikan hidupnya dalam bidang pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang miskin dan lemah.
Dalam bidang pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang miskin dan lemah.Dorthea Lynde Dix lahir pada tahun 1802 dan meninggal dunia tanggal 17 Juli 1887.Dia adalah seoang guru dekolah Massachussets, yang menaruh perhatian teradap orang-orang yang mengalami gangguan mental. Sebagian perintis, selama 40 tahun dia berjuang memberikan pengorbanan terhadap orang orang gila secara lebih manusiawi. Usahanya mula-mula di arahkan pada para pasien mental dirumah sakit. Kemudian diperluas kepada para penderita gangguan mental yang dikurung dirumah-rumah penjara. Pekerjaan Dix ini merupakan factor penting dalam membangung kesadaran masyarakat umum untuk memperhatikan kebutuhan para penderita gangguan mental. Berkat usahanya yang tak kenal lelah, di Amerika didirikan 32 rumah sakit jiwa.
      Pada tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara formal mulai muncul. Selama decade 1900-1909 beberapa organisasi kesehatan mentaltelah didirikan, seperti American Social Hygiene Association (ASHA), dan American Federation for Sex Hygiene. Perkembangan gerakan-gerakan dibidang kesehatan mental ini tidak lepas dari jasa Clifford Whittingham Beers (1878-1943). Bahkan karena jasa-jasanya itulah, dia dinobatkan sebagai “The Founder of The Mental Hygiene Movement” . dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi. Dedikasi Beers yang begitu kuat dalam kesehatan mental, dipengaruhi juga oleh pengalamannya sebagi pasien dibeberapa rumah sakit jiwa yang berbeda. Selama dirumah sakit, dia mendapatkan pelayanan atau pengobatan yang keras dan kasar (kurang manusiawi). Kondisi seperti ini terjadi karena pada masa itu belum ada perhatian terhadap masalah gangguan mental, apalagi pengobatannya.
      Setelah mendapatkan dua tahun perawatan dirumah sakit dia mulai memperbaiki dirinya, dan selama tahun terakhirnya sebagai pasien, dia mulai mengembangkan gagasan untuk membuat suatu gerakan untuk melindungi orang-orang yang mengalami gangguan mental atau orang gila (insane). Setelah dia kembali dalam kehidupan yang normal (sembuh dari penyakitnya), pada tahun 1908 dia menindaklanjuti gagasannya dengan mempublikasikan sebuah tulisan otobiografinya sebagai mantan penderita gangguan mental yang berjudul  A Mind That Found Itself. kehadiran buku ini disambut baik oleh William James, sebagai seorang pakar psikologi. Dalam buku ini, dia memberikan koreksi terhadap program pelayanan, perlakuan yang diberikan kepada para pasien rumah sakit-rumah sakit yang dipandangnya kurag manusiawi. Disamping itu dia melupakan reformasi terhadap lembaga yang diberikan perawatan gangguan mental.
      Beers meyakini bahwa penyakit atau gangguan mental dapat dicegah atau disembuhkan. Selanjutnya dia merancang suatu program yang bersifat nasional tujuannya adalah:
a.       Mereformasi program perawatan dan pengobatan terhadap orang-orang pengidap penyakit jiwa.
b.      Melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat agar mereka memiliki pemahaman dan sikap yang positif terhadap para pasien yang mengidap gangguan atau penyakit jiwa.
c.       Mendorong dilakukannya berbagai penelitian tentang kasus-kasus dan pengobatan gangguan mental.
d.      Mengembangkan praktik-praktik mencegah gangguan mental.

      Program Been ini ternyata mendapat respon positif dari kalangan masyarakat, terutama kalangan para ahli, seperti William James dan seorang psikiatris ternama, yaitu Adolf Mayer. Begitu tertariknya terhadap gagasan Beers, Adolf Mayer menyarankan untuk menamai gerakan itu dengan nama“Mental Hygiener”. Dengan demikian yang mempolurkan istilah “Mental Hygiener” adalah Mayer. Belum lama setelah buku itu diterbitkan, yaitu pada tahun 1908, sebuah organisasi pertama, dengan nama Connectievt Society For Mental Hygiene. Satu tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 19 Februari 1909 didirikan Nationa Commitye Siciety for Mental Hygience, disini Beers di angkat menjadi sekretarisnya. Organisasi ini bertujuan untuk:
a.       Melindungi kesehatan mental masyarakat.
b.      Menyusun standar perawatan para pengidap gangguan mental.
c.       Meningkatkan studi tentang gangguan mental dalam segala bentuknya dan berbagai aspek yang terkait dengannya.
d.      Menyebarkan pengetahuan tentang kasus gangguan mental, pencegahan dan pengobatannya.
e.       Mengkoordinasikan lembaga-lembaga perawatan yang ada.
Terkait dengan perkembangan gerakan kesehatan mental ini, Deutsch mengemukakan bahwa pada masa dan pasca Perang Dunia I, gerakan kesehatan mental ini mengkonsentrasikan programnya untuk membantu mereka yang mengalami masalah serius. Setelah perang usai, gerakan kesehatan mental semakin berkembang dan cakupan garapannya meliputi berbagai bidang kegiatan, seperti pendidikan, kesehatan masyarakat, pengobatan umum, industry, kriminologi, dan kerja sosial.Secara hukum, gerakan kesehatan mental ini mendapatkan pengukuhannya pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika serikat menandatangani “The National Mental Helath Act”.Dokumen ini merupakan blueprintyang komprehensif, yang berisi program-program jangka panjang yang di arahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat. Beberapa tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut itu meliputi :
a.       Meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melaluyi penelitian, investigasi, eksperimen penanganan kasus-kasus, diagnosis dan pengobatan.
b.      Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan koordinasi antara peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian penelitian dan meningkatkan kegiatan dan pengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya.
c.       Memberikan latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental.
d.      Mengembangkan dan membantu Negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis dan pengobatan terhadap para pengidap gangguan metal.
Pada tahun 1950 organisasi kesehatan mental terus bertambah, yaitu dengan berdirinya National Association for Mental Health yang bekerjasama dengan tiga organisasi swadaya masyarakat lainnya, yaitu National Committee for Mental Hygience, National Mental Health Foundation dan Psychiatric Foundation. Gerakan kesehatan mental ini terus berkembang, sehingga pada tahun 1975 di Amerika Serikat terdapat lebih dari seribu tempat perkumpulan kesehatan mental.Di belahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui Word Federation for Mental Health dan World Health Oeganization.[4]

C.      Tujuan Kesehatan Mental
Tujuan kesehatan mental adalah :
1.      Mengusahakan agar manusia memiliki kemampuan mental yang sehat.
2.      Mengusahakan pencegahan terhadap timbulnya sebab-sebab gangguan mental dan penyakit mental.
3.      Mengusahakan pencegahan berkembangnya bermacam-macam gangguan mental dan penyakit mental.
4.      Mengurangi atau mengadakan penyembuhan terhadap gangguan dan penyakit mental.
Tujuan ini akan tercapai, bilacara-cara menangani dilakukan kerjasama antara ahli yang berwenang serta kesadaran dan kesediaan masyarakat pada umumnya.[5]

D.     Hubungan Kesehatan Mental dengan disiplin Ilmu lainnya
Kesehatan mental bukanlah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Dia dibangun oleh berbagai bidang ilmu, baik yang secara langsung membidangi kesehatan maupun tidak. Bahkan Wallace Allin menyebutkan sejumlah bidang ilmu yang terkait dan membangun kesehatan mental adalah: psikologi, studi anak, pendidikan, sosiologi, psikiatri, medis, biologi, dan sosioantropologi (Crow, 1968). Tentunya, juga disadari bahwa bidang ilmu lain seperti studi agama, ekonomi, dan politik memiliki kontribusi yang sangat besar bagi pengembangan kesehatan mental. Berbagai bidang ilmu yang memberi kontribusi bagi kesehatan mental sebagian di antaranya akan dijelaskan sebagai berikut.
1.      Ilmu kedokteran
Ilmu kedokteran mempelajari tentang penyakit dan cara pengobatannya. Selain menekuni bidang pengobatan, ilmu kedokteran, termasuk kedokteran jiwa, juga mengembangkan ilmu kedokteran pencegahan. Khususnya bidang yang ditekuni dalam bidang kedokteran jiwa ini memberi sumbangan yang sangat bermakna bagi kesehatan mental masyarakat.
2.      Psikologi
Psikologi merupakan disiplin ilmu di bidang perilaku manusia, yang diantaranya mempelajari dimensi psikis manusia dengan segenap dinamikanya. Perilaku manusia, termasuk perilaku yang normal dan yang abnormal atau patologis juga dipelajari. Memahami kesehatan mental masyarakat, tentunya membutuhkan pemahaman terhadap proses psikis yang turut mempengaruhi perilaku yang sehat dan tidak sehat sebagaimana yang dipelajari di bidang psikologi.
3.      Sosio-antropologi
Perilaku dan sistem masyarakat, termasuk nilai sosial budayanya menjadi pokok perhatian dalam sosio-antropologi. Dalam berbagai studi dimengerti bahwa aspek sosio-antropologis itu menjadi bagian penting dalam kehidupan umat manusia, baik fisik maupun mental. Dalam kesehatan mental, dimensi sosio-antropologis ini perlu diperhatikan baik untuk keperluan pemahaman maupun strategi intervensinya. Intervensi kesehatan mental akan berhasil jika mempertimbangkan dimensi sosial dan budayanya.
4.      Ilmu pendidikan
Ilmu pendidikan mempelajari perubahan perilaku manusia secara lebih normatif. Selain mempelajari materi yang diberikan, juga strategi yang harus ditempuh agar perubahan perilaku itu lebih efektif. Ilmu pendidikan tentunya memberikan kontribusi bagi bidang kesehatan mental, khususnya dalam pengembangan intervensi-intervensi kepada masyarakat. Prinsip-prinsip pendidikan dimanfaatkan untuk peningkatan kesehatan masyarakat.
5.      Disiplin ilmu lain
Disiplin ilmu lain seperti ekonomi, ekologi, biologi, dan studi agama secara bermakna juga memberikan kontribusinya bagi pemahaman dan penanganan kesehatan mental masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa begitu dekat keterkaitan antara kesehatan mental masyarakat dengan disiplin ilmu lain. Oleh karena itu, dalam usaha peningkatan, pemeliharaan, dan pencegahan di bidang kesehatan mental tidak cukup didekati dari satu segi belaka, tetapi perlu melibatkan berbagai bidang ilmu.[6]





BAB III
KESIMPULAN

Kesehatan mental sering disebut juga dengan istilah mental healtdan atau mental hygiene. Secara historis, ilmu ini diakui berasal dari kajian psikologi, usaha para psikolog   yang kemudian menelurkan ilmu baru ini berawal dari keluhan-keluhan masyarakat sebagai akibat dari munculnya gejala-gejala  yang menggelisahkan. Fenomena psikologis ini tampaknya tidak hanya dirasakan oleh individu semata, melainkan oleh masyarakat luas. Ketika kegelisahan itu masih berarti. Ilmu kesehatan mental berkaitan erat dengan terhindarnya seseorang dari gangguan dan ppenyakit kejiwaan. Pengertian klasik ini mengandung arti sangat sempit, karena kajian ilmu kesehatan mental hanya diperuntukkan bagi orang yang mengalami gangguan dan penyakit jiwa saja. Padahal ilmu ini juga sangat dibutuhkan oleh setiap orang yang merindukan ketentraman dan kebahagiaan hidup.















DAFTAR PUSTAKA

Sundari, Siti., Kesehatan Mental Dalam Kesehaatan, Jakarta:Pt.Rineka Cipta, 2005.
Rochman, Kholil Lur., Kesehatan Mental, Purwokerto: STAIN Press, 2010.





[1] Siti Sundari, Kesehatan Mental Dalam Kesehaatan, (Jakarta:Pt.Rineka Cipta, 2005 ), Hlm. 12
                [2]Kholil Lur Rochman, Kesehatan Mental, (Purwokerto: STAIN Press, 2010), hlm. 27
                [3]Op.Cit, Siti Sundari. Hlm. 2
[4] Op.Cit, Kholil Lur Rochman, hlm.27
[5] Ibid, hlm. 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar