PENDIDIKAN ISLAM
PADA MASA DAULAH ABBASIYAH
Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah
Pendidikan Islam
Dosen
Pengampu : Puji Dwi Darmoko, M.Hum
Sundari
Yulianingsih
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
PEMALANG
Tahun Ajaran 2015/2016
BAB
I
PENDAHULUAN
Pendidikan, adalah alat atau sarana bagi manusia untuk
mengembangkan keilmuan dan pengetahuan, begitu pula dengan pendidikan
Islam yang merupakan hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan umat Islam.
Pendidikan merupakan unsur terpenting bagi manusia untik meningkatkan kadar keimanannya
terhadap Allah SWT.
Pendidikan islam muncul saat di utusnya Nabi Muhammad
sebagai nabi, yang mana beliau diberi wahyu surat Al-Alaq yang mana pada surat
tersebut memerintahkahkan untuk belajar “Iqra”
bacalah, bahkan Nabi Muhammad SAW bersabda “Uthlubul Ilma Minal Mahdi Ilallahdi” yang artinya tuntutlah Ilmu
dari engkau lahir sampai ke liang lahat (meninggal).
Pendidikan terus berkembang dari waktu kewaktu, dari
masa Nabi Muhammad sampai sekarang, perkembangan pendidikan dimulai dari
berkembangnya ilmu pengetahuan serta lembaga-lembaga pendidikan itu sendiri.
Pada makalah ini akan lebih rinci menjelaskan tentang
perkembangan Ilmu dan lembaga pendidikan pada masa daulah Abbasiyah.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Dinasti Abasiyah
Kekuasaan dinasti bani Abbas atau khilafah
Abbasiyah, sebagaimana disebutkan, melanjutkan kekuasaan dinasti bani umayah.
Dimnamakn khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa didinasti ini
adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan
oleh Abdullah Al-Saffah Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn Al-Abbas. Kekuasaannya
berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) sampai
dengan 656 H (1258 M). selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang
diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya.
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para sejarawan
biasanya membagi masa pemerintahan bani Abbas menjadi 5 Periode.
1. Periode
Pertama (132 H/750 M - 2032 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama.
2. Periode
Kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh turki pertama.
3. Periode
Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam
pemerintahan Khalifah Abbasiyah, periode ini disebut juga masa pengaruh Persia
kedua.
4. Periode
Ke empat (447 H/1055 – 509 H/1195 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam
pemerintahan Khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh
Turki kedua.
5. Periode
Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa Khalifah bebas dari pengaruh dinasti
lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Bagdad.[1]
B. Perkembangan
ilmu masa dinasti Abasiyah
Abad X Masehi disebut abad
pembangunan daulah islamiyah di mana islam, mulai dari Cordove di Spanyol
sampai ke Multan di Pakistan, mengalami pembangunan di segala bidang, terutama
dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Dunia islam pada waktu itu
dalam keadaan maju, jaya, makmur, sebaliknya dunia barat masih dalam keadaan gelap,
bodoh, dan primitif. Dunia islam sudah sibuk mengadakan penyelidikan di
laboraturium dan observatorium, dunia barat masih asyik dengan jampi-jampin
dandewa-dewa. Hal ini desebabkan agama yang dibawa Nabi Muhammad telah
menimbulkan dorongan untuk menumbuhkan suatu budaya yang baru yaitu kebudayaan
islam. Dorongan itu mula-mula menggerakkan terciptanya ilmu-ilmu pengetahuan
dalam lapangan agama (ilmu naqli), bermunculanlah ilmu-ilmu agama dalam
berbagai bidang. Kemudian ketika ilmu islam keluar dari jazira arab mereka
menemukan perbendaharaan Yunani. Dorongan dari agama ditambah dari
perbendaharaan Yunani menimbulkan dorongan untuk munculnya berbagai ilmu
pengetahuan di bidang akal ( ilmu aqli ).
Dikatakan perbendaharaan Yunani
karena pada waktu itu islam datang, ilmu Yunani sudah mati yang tinggal
hanyalah buku-bukunya saja. Ketika islam sampai ke Byzantium, persia dan
lain-lain, mereka tidak lagi menjumpai ilmu Yunani dipelajari orang, yang
didapati hanyalah beberapa tabib Yunani, perkembangan baru tidak diperolh lagi.
Diceritakan asal mula kedatangan
kebudayaan Yunani adalah filosof-filosof yunani yang lari dinegaranya kerena
dikejar-kejar oleh rajanya akibat perbedaan madzab. Sebenarnya merekalah
penyusun ilmu secara sistematis, namun ketika Yunani dijajah bangsa Romawi,
raja-raja nya yang beragama Kristen tidak mentolerir. Masa raja Konstantin
Agung ( wafat 366 M), perpustakaan yang didirikan oleh raja Perbeku yang
liberal, dibubarkan atau dimusnahkan , pengetahuan dianggap sebagai sihir yang
dikutuk, filsafat dan ilmu dibasmi. Kaisar Yustiniau pada tahun 529 M menutup
sekolah filsafat yang masih ada dan pengajarannya diusir. Sarjanah itu kemudian
lari ke persia dan mendapatkan kedudukan terhormat di istana Kisra Anusirwan
(531-578 M) dan aliran filsafat neo Plato yang mereka bawa diterima baik.
Didirikanlah di Yunde Sahpur sebuah perguruan tinggi, di mana sarjanah itu
mengajar bermacam ilmu, antara lain kedokteran dan filsafat. Sekolah ini
berurat, berakar di kota sampai berdirinya daulah Abbasiyah, seperti halnya
Harran menjadi pusat kegiatan kebudayaan Yunani di Irak, di mana penduduknya
berbicara dengan bahasa Arab.
Prestasi luar biasa ummat islam pada
masa daulah Ummawiyahh yang dapat menaklukan wilayah-wilayah kerajaan Ramawi
dan Persia, segera disusul dengan Prestasi yang lebih hebat lagi dalam
penaklukan bidang ilmu pada abad berikutnya. Penelaahan ilmu yang dimulai sejak
bani Ummayah menjadi usaha besar-besaran pada masa bani Abbas.
Gerakan membangun ilmu secara
besar-besaran dirintis oleh Khalifah Ja’far al-Mansur. Setelah ia mendirikan
kota Bagdad (144 H/762 M) dan menjadikannya sebagai ibu kota negara. Ia menarik
banyak ulama dan para ahli dari berbagai daerah untuk datang dan tinggal di
Bahhdad. Ia merangsang usaha pembukuan ilmu agama, seperti fiqih, tafsir dan
ilmu sejarah. Akan tetapi yang telah mendapat perhatian adalah penerjemahan
buku ilmu yang berasal dari luar.
1.
Perkembangan
Ilmu Naqli
Ilmu naqli adalah ilmu yang bersumber dari naqli (Al-Qur’an dan
Hadits), yaitu ilmu yang berhubungan dengan agama islam. Ilmu ini mulai disusun
dasar perumusannya pada sekitar 200 Tahun setelah hijriyah Nabi hingga menjadi
ilmu yang kita kenal sekarang. Ilmu ilmu tersebut diantaranya yaitu :
a)
Ilmu
Tafsir
Al-Qur’an
adalah sumber utama agama islam oleh karena itu, segala perilaku ummat islam
harus berdasarkan kepadanya, hanya saja tidak semua bangsa arab memahami arti
yang terkandung didalamnya. Para sahabat yang menafsirkan. Yang pertama antara
lain sahabat Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, Ali bin Abi Thalib, dan Ubay bin Ka’ab.
Cara sahabat ini menafsirkan yaitu dengan menafsirkan ayat dengan hadits atau
atsar atau kejadian yang mereka saksikan ketika ayat itu turun. Tafsir yang
termasyhur yaitu tafsir ibu Jarir At-Thabary. Kemudian ketika kebangkitan ilmu
pengetahuan memuncak maka memengaruhi pula penafsiran Al-Qur’an. Tafsir pada
masa ini mencakup segala ilmu yang ada baik mengenai aliran keagamaan,
penuturan tentang hukum, atau pun ilmu lain yang terkandung didalamnya seperti
Tafsir Abu Yusuf Abu Salman al-Quswani.
Dengan demikian dari tafsir yang ada cara penafsirannya ada dua
macam :
1)
Tafsir
bil ma’tsur, yaitu meneafsirkan Al-Qur’an dengan hadits Nabi. Mufasir golongan
ini yang masyur pada masa Abbasiyah antara lain :
-
Ibn
Jarir at-Thabary dengan tafsirnya sebanyak 30 juz.
-
Ibn
Athiyah al-Andalusi (Abu Muhamad bin Athiyah) 481-546 H.
-
As-Suda
yang mendasarkan penafsirannya pada Ibn Abbas, Ibn Mas’ud, dan para sahabat
lainnya (Wafat 127 H).
2)
Tafsir
bir Ra’yi, yaitu meneafsirkan Al-Qur’an dengan mempergunakan akal dengan
memperluas pemahaman yang terkandung di dalamnya. Mufasir golongan ini yang
termasyur pada masa Abbasiyah ialah :
-
Abu
Bakar Asma (Mu’tazilah) wafat 240 H.
-
Abu
Muslim Muhamad bin Nashr al-Isfahany (Mu’tazilah) wafat 322 H. Kitab tafsirnya
14 jilid.
b)
Ilmu
Hadits
Hadits adalah sumber hukum islam yang kedua setelah Al-Qur’an.
Karena kedudukannya itu, maka setiap abad ummat islam selalu berusaha untuk
menjaga dan melestarikannya. Usaha pelestarian dan pengembangannya.
c)
Ilmu
Kalam
Lahirnya ilmu kalam karena dua
faktor :
1)
Untuk
membela islam dengan bersenjatakan filsafat seperti halnya musuh yang memakai
senjata itu.
2)
Karena
semua masalah tersebut masalah agama telah bergeser dari pola rasa kepada pola
akal dan ilmu. Kaum Mu’tazilah berjaza dan menciptakan ilmu kalam, karena
mereka adalah pembela gigih terhadap islam dari serangan yahudi, Nasrani dan
Wasani. Menurut riwayat, mereka mengirim juru-ruju dakwah ke segenap penjuru
untuk menolak serangan musuh. Di antara pelopor dan ahli ilmu kalam yang
terbesar yaitu Washil bin Atho, Abu Huzail al-Allaf, Abu Hasan al-Asyari, dan
Imam Ghazali.
d)
Ilmu
Tasawuf
Ilmu tasawuf
adalah adalah salah satu ilmu yang tumbuh dan matang pada zaman Abbasiyah.inti
ajarannya tekum beribadah dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah,
meninggalkan kesenangan dan perhiasan dunia, serta bersunyi diri beribadah.
Bersamaan
dengan lahirnya ilmu tasawuf muncul pula para ahli dan ulama-ulamanya, antara
lain adalah :
1)
Al-Qusyairy
(w.465 II), beliau alim dalam ilmu-ilmu fiqh, tafsir, hadits, ushul, adab,
terutama tasawuf. Kitab beliau yang terkenal mengenai tasawuf adalah
al-Raisalahul Qusy Airiyah.
2)
Syahabuddin,
yaitu Abu Hafas Umar bin Muhamad Syahabuddin Sahrowardy, wafat di Bagdad 632 H.
Kitab karangannya dalam ilmu tasawuf adalah Awariffu Ma’arif.
3)
Imam
al-Ghazali, yaitu bin ahmmad Al-Ghazali. Kitab karangannya diantaranya :
al-Basith, Maqasidul Falsafah, al-Munqizu Minad Dholal, Ihya Ulumuddin,
Bidayatul Hidayah, Jawahirul Qur’an.
e)
Ilmu
Bahasa
Yang dimaksud ilmu bahasa adalah nahwu, sharaf ma’ani, bayan, bad’i
arudh, qamus, dan insya.
Ulama yang termasyhur pada masa ini
yaitu :
1)
Sibawaihi,
wafat 153 H
2)
Muaz
al-Harro (w. 187 H) yang mula-mula membuat tashrif.
3)
Al-Kasai
(w. 190 H) mengarang kitab tata bahasa
4)
Abu
Usman al-Maziny (w. 249 H) karngannya banyak tentang nahwu.
f)
Ilmu
Fiqh
Zaman Abbasiyah yang merupakan zaman keemasan tamadun islam telah
melahirkan ahli-ahli hukum (fuqaha) yang tersohor dalam sejarah islam dengan
kitab fiqh (hukum) yang terkenal sampai sekarang.[2]
2.
Ilmu
Aqli
Dari
Ijtihad dan semangat riset, maka para ahli pengetahuan, pada alim ulama,
berhasil menemukan berbagai keahlian berupa penemuan keahlian bidang-bidang
ilmu pengetahuan.
a. Para
Ilmuan Bidang Ilmu Filsafat
1) Al-Kindi,
(194 - 260 H/809 – 875 M), buku
karangannya sebanyak 236 judul.
2) Al-Farabi,
(wafat tahun 390 H/916 M), orang menyebutnaya Al-Farobius,
karangannya yang masih tinggal 12 judul.
3) Ibnu
Bajah, (wafat tahun 523 H)
4) Ibnu
Thufail, (wafat tahun 581 H)
5) Ibnu
Shina, (370 – 428 H/980 – 1037 M), orang Eropa menyebutnya Avicena. Disamping seorang filosoh ia juga seorang doctor dan ahli
music. Karangannya yang terkenal adalah:
a) Shafa,
18 Jilid
b) Najat
c) Qonun
d) Sadidiya,
5 Jilid
e) Danas
Nameh
f) Majmul
Hikmah, 10 Jilid
g) Al-Qonun
fi ath-Thib
6) Al-Ghazali,
(450-505 H/1058 – 1101 M), ia digelari sebagai Hujjatul Islam, buku karangannya berjumlah 70 judul. Karangannya
adalah:
a) Al-Munqiz
Minadh Dhalal
b) Tuhfatul
Falsafiyah
c) Mizanul
Amal
d) Tafsir
Urjuza
e) Al-Wajiz
f) Mahkun
Nazar
g) Miyazul
Ilmi
h) Maqasidul
Falasafiyah
7) Ibnu
Rusyd, (520 – 595 H/1126 – 1198 M), dibrat namanya dikenal Oveoes. Di antaranya buku karangannya yang dikenal adalah:
a) Mabadiul
Falasafiyah
b) Kulliyat
c) Tafsir
Urjuja
d) Kasful
Alfillah
e) Kitab
Dogma-dogma lainnya
b. Bidang
Kedokteran
Pada
masa Bani Abbasiyah, ada beberapa perguruan tinggi kedokteran yang dikenal,
antara lain adalah:
1) Sekolah
tinggi kedokteran di Yunda Shapus.
2) Sekolah
tinggi kedokteran di Hirran, Syeria.
3) Sekolah
tinggi kedokteran di Baghdad.
Para dokter dan ahli kedokteran islam
yang dikenal antara lain:
1) Jabir
Ibn Hayyan, (wafat tahun 161 H/778 M), sebagai bapak ilmu kimia.
2) Hunain
Ibn Ishaq, (194 – 264 H/810 – 878 M), ahli mata yang terkenal.
3) Tabib
Ibn Qurra, (221 – 228 H/836 – 901 M).
4) Ar-Raji,
(251 – 313 H/809 – 873 M).
c. Bidang
Matetamtika
Para
ahli ilmu tersebut salaj satunya adalah Al-Khawarismi, penemu angka Nol. Muhammad
Ibn Musa Al-Warismi adalah seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan
geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun 780 di Khuwarizm
(sekarang khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850. Hamper sepanjang
hidupnya, Ia bekerja sebagi dosen di sekolah kehormatan di Bagdad.
Buku
pertamanya, Al-Jabar, adalah buku
pertama yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat.
Sehingga ia disebut sebagai bapak Al-Jabar. Translasi bahasa latin dari
aritmatika beliau, yang memperkenalkan angka india, kemudian dikenalkan sebagai
system penomoran posisi decimal di dunia barat pada abad ke 12. Ia merefisi dan
menyesuaikan Geogarafi Ptolemeus sebaik mengerjakkan tulisan-tulisan tentang
astronimi dan astrologi.
Kontribusi
beliau tidk hanya berdampak bear pada matematika, taetapi juga dalam
kebahasaan. Kata Al-Jabar besasal dari kata Al-Jabr,
satu dari dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat, yang
tercantum dalam buku beliau. Kata logarisma dan logaritma diambil dari kata Al-Gorismi, latinisasi dari nama beliau.
Nama beliau juga diserap dalam bahasa spanyol Guarismo dan bahasa portugis, Algarismo
yang berarti digid.
d. Bidang
seni Ukir
Dalam
bidang ini, umat islam cukup terkenal degan hasil seninya pada botol tinta,
papan catur, payung, fash, burung-burungan, pohon-pohonan. Beberapa seniman
terkenal antara lain Badr dan Tariff.[3]
C. Model
Lembaga Pendidikan masa dinasti Abasiyah
Puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam
terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah. Banyak pula didirikan institute
pendidikan, Al-Makmun berhasil menjadikan Baghdad sebagai kota pusat Ilmu
Pengetahuan yang ramai dikunjungi oleh kota-kota diseluruh dunia. Akan tetapi,
tidak berarti seluruhnya berasal dari kreativitas penguasa Bani Abbas sendiri.
Sebagian di antaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam.
Lembaga-lembaga pendidikan pada masa Bani Abbasiyah yaitu:
1. Maktub
atau Kuttab
Lembaga pendidikan
terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan
dan tempat para remaja belajar dasar-dasar ilmu Agama, seperti: Tafsir, hadits,
fiqh dan bahasa.[4]
2. Baitul
Hikmah
Baitul Hikmah merupakan
pusat penterjemahan buku-buku asing dan pusat pengajian yang didirikan oleh
Harun Al-Rasyid.
3. Madrasah
Nizamiyah Madrasah Nizamiyah merupakan Institusi pendidikan tinggi dikota
Naisabur yang didirikan oleh Bani Saljuk dan Mentri Nizam Al-Muluk.[5]
4. Kedai-kedai
Buku
Pada
permulaannya masa Daulah Abbasiyah, dimana ilmu pengetahuan dankebudayaan Islam
sudah tumbuh dan berkembang dan diikuti oleh penulisan kitab-kitab dalam
berbagai cabang ilmu pengetahuan, maka berdirilah toko-toko kitab.Pada mulanya
toko-toko kitab tersebut berfungsi sebagai tempat berjual beli kitab-kitab yang
telah ditulis dalam berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu.
Mereka membeli dari para penulisnya kemudian menjualnya kepada siapayang
berminat untuk mempelajarinya.
5. Qusur
atau pendidikan rendah
Di
IstanaTimbulnya pendidikan rendah di Istana untuk anak-anak para pejabat
adalahberdasarkan pemikiran bahwa pendidikan itu harus bersifat menyiapkan anak
didik agar mampu melaksanakan tugas-tugasnya kelak setelah dewasa. Atas
dasar pemikiran tersebut khalifah dan keluarganya serta para
pembesar lainnyamenyiapkan agar anak-anaknya sejak kecil sudah diperkenalkan
dengan lingkungandan tugas-tugas yang akan diembannya nanti. Oleh karena itu
mereka memanggilguru-guru khusus untuk memberikan pendidikan pada anak-anak
mereka.
Corak pendidikan anak-anak di istana
berbeda dengan pendidikan anak-anak di kuttab-kuttab, pada umumnya di
istana para orang tua siswa (pembesar istana)yang membuat rencana pelajaran
selaras dengan anaknya dan tujuan yang ingindicapai orang tuanya. Rencana
pelajaran untuk pendidikan di istana pada garis besarnya sama dengan
rencana pelajaran pada kuttab-kuttab yang lain hanya sedikit ditambah dan
dikurangi sesuai dengan kehendak orang tua mereka.
Guru yang mengajar di istana disebut
sebagai Muaddib karena berfungsi mendidik budi pekerti dan mewariskan
kecerdasan dan pengetahuan-pengetahuanorang-orang terdahulu kepada anak-anak
pejabat.
6. Haloqah
artinya
lingkaran. Halaqoh merupakan institusi pendidikan Islamsetingkat dengan
pendidikan tingkat lanjutan atau college. Institusi ini secara umumdikenal
dengan system halaqoh. Sistem ini merupakan gambaran tipikal dari murid-murid
yang berkumpul untuk belajar pada masa itu. Guru biasanya duduk diatas lantai
sambil menerangkan, membaca karangannya, atau komentar orang lain terhadap
suatu karya pemikiran. Murid-muridnya akan mendengarkan penjelasanguru dengan
duduk diatas lantai yang melingkari gurunya.
Fenomena
halaqoh ini sebagaimana yang dicatat oleh Al-Maqdisi ketika mengunjungi kota
Susa. Ahli Geografi ini menemukan berbagai halaqoh ataulingkaran-lingkaran
pendidikan di Palestina, Suriah, Mesir dan Faris. Ia jugamenemukan sekelompok
pelajar yang berkumpul mengitari seorang guru ( faqih ), juga
lingkaran pada pembaca Al-Quran dan karya sastra di masjid-masjid. ImamSyafii
sendiri memiliki halaqoh semacam itu di Masjid Amr di kota Fustat.
7. Masjid
dan Jami’
Ketika
rasulullah hijrah ke Madinah dengan semakin banyaknya pengikut Islam dan
semakin kompleksnya masalah-masalah yang perlu dikaji, fungsi awalrumah sebagai
wahana pendidikan dialihkan ke masjid-masjid seperti masjid Nabawi dan
Quba, dijadikan pusat bagi segala aktifitas pendidikan,kemasyarakatan,
kenegaraan dan keagamaan. Hal ini karena masjid dianggap sebagai institusi pendidikan
yang merupakan instrumen yang pertama dan efektif untuk membantu transisi
masyarakat Arab, dari masyarakat primitif menjadimasyarakat yang lebih maju.
Pada
masa Bani Abbasiyah dan masa perkembangan kebudayaan Isla,masjid-masjid yang
didirikan oleh para pengusaha pada umumnya dilengkapidengan berbagai macam
sarana dan fasilitas umum pendidikan. Hal ini menjadikan fungsi masjid tidak
hanya sebagai sarana beribadah saja akan tetapi juga sebagai sarana
pengembangan ilmu pengetahuan.
8. Rumah
Kediaman Ulama
Pada
zaman kejayaan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, banyak
rumah-rumah para ulama dan para ahli ilmu pengetahuan menjadi tempat belajar
dan pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini pada umumnya disebabkan ulama dan
ahli hadis yang bersangkutan tidak mungkin memberikan pelajaran di masjid,
sedangkan pelajar banyak yang berminat untuk mempelajari ilmu pengetahuan
daripadanya.
Diantara
rumah ulama terkenal yang menjadi tempat belajar adalah rumah Ibnu Sina,
Al-Ghazali, dan lain sebagainya. Ahmad Syalabi mengemukakan bahwa
dipergunakannya rumah-rumah ulama dan para ahli tersebut adalah kerena
terpaksadalam keadaan darurat, misalnya rumah Al-Ghazali setelah tidak mengajar
dimadrasah Nidhamiyah dan menjalankan kehidupan sufi. Para pelajar terpaksadatang
ke rumahnya karena kehausan akan ilmu pengetahuan dan terutama
karena pendapatnya yang sangat menarik.
9. Salu’n
Al-Ada’biyah atau majelis Kesustraan
Philiph
K. Hitti menyebut majlis ini sebagai majlis al-ada’b, yang diartikan secara
harfiah sebagai lingkar sastra. Majlis ini bermula sejak zamanKhulafa
Ar-Rashidun, dan pada masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rashidmajlis sastra
ini mengalami kemajuan yang luar biasa.
Di
bawah kekuasaan para khalifah pertama Bani Abbasiyah, seringdiselenggarakan
berbagai kontes puisi, debat keagamaan dan konferensi pendidikan.
10. Rumah
Sakit
Pada
masa tersebut, rumah sakit tidak hanya digunakan sebagai tempat merawat dan
mengobati orang sakit saja. Akan tetapi rumah sakit juga berperan dalam
pendidikan yang berhubungan dengan perawatan dan juga kedokteran. Dirumah sakit
ini diadakan berbagai penelitian dan percobaan di bidang kedokteran dan
farmasi. Rumah sakit ini juga menjadi tempat praktikum dari sekolah kedokteran
yang didirikan di luar rumah sakit. Dan tidak jarang pula sekolah-sekolah
kedokteran tersebut didirikan tidak terpisah dari rumah sakit. Jadi rumah sakit
selain sebagai lembaga sosial juga berperan sebagai lembaga pendidikan.[6]
11. Perpustakaan
dan Akademik
Perpustakaan
pada masa itu lebih merupakan sebuah Universitas, karena disamping terdapat
kitab-kitab, disana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi.[7]
BAB
III
PENUTUP
Dapat disimpulkan bahwan pendidikan pada
masa Daulat Bani Abbasiyah merupakan masa keemesan dalam bidang ilmu, Baghdad
merupakan kota pusat ilmu pendidikan. masa Bani Abbasiyah lahirlah tokoh-tokoh
Intelektual Muslim. Perkembangan ilmu sangat pesat pada masa itu bukan hanya
ilmu Agama seperti: Fiqh, Tasawuf, Kalam, Hadits dan Tafsir) akan tetapi
berkembang pula ilmu-ilmu lainnya seperti: ilmu filsafat, kedokteran,
matematika, dan bidang seni ukir. Karena pada masa Bani Abbasiyah lahirlah
tokoh-tokoh Intelektual Muslim. Lembaga-lembaga pendidikanpun mulai berkembang
dan mengalami kemajuan, mulai adanya intitusi-institusi yang didirikan, dari
mulai intitusi formal dan non formal, sehingga pada saat itu Baghdad merupakan
pusat ilmu pendidikan yang ramai dikunjungi oleh para ilmuan di seluruh penjuru
dunia.
DAFTAR
PUSTAKA
Sunanto, Musyrifah, Sejarah Islam Klasik “Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam”,
Jakarta: Prenada Sindo, 2004, cet. II
Syukur NC, Fattah, Sejarah Peradaban Islam, Semarang :
Pt.Pustaka Rizky Putra, 2012, Cet. IV
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam diarah islamiyah II, Jakarta : Raja Wali pers, 2011
[1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam diarah islamiyah
II, (Jakarta : Raja Wali pers, 2011),
hlm. 50
[2] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik “Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Islam”, (Jakarta: Prenada Sindo, 2004), cet. II, hlm. 73
[3] Fattah Syukur NC, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang :
Pt.Pustaka Rizky Putra, 2012), Cet. IV, hlm. 105
[4] Ibid, hlm. 54
[5] http://www.informasi-pendidikan.com/2015/02/sejarah-pendidikan-islam-pada-masa-bani.html, 24 Maret 2016. Pukul 16.28 WIB
[6]
http://psikologip.blogspot.co.id/2012/01/lembaga-pendidikan-pada-masa-abassiyah.html
[7] Ibid, hlm. 55
Tidak ada komentar:
Posting Komentar