Senin, 16 Januari 2017

PENDIDIKAN ASRAMA ATAU PESANTREN MEMBENTUK MANUSIA YANG INTELEKTUAL SECARA ISLAM



PENDIDIKAN ASRAMA ATAU PESANTREN
MEMBENTUK MANUSIA YANG INTELEKTUAL SECARA ISLAMI
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Ulangan Tengah Semester (UTS) mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Puji Dwi Darmoko, M. Hum


SUNDARI YULIANINGSIH
(3130010)

Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah
(STIT) Pemalang
Tahun ajaran 2015/2016
 

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Madrasah merupakan suatu lembaga pendidikan islam saat ini yang dianggap oleh masyarakat merupakan satu-satunya pendidikan yang ideal, bukan hanya pendidikan umum saja yang diajarkan, akan tetapi pendidikan agama seperti fiqh, Akidah akhlak, sejarah kebudayaan islam, bahasa arabpun diajarkan dan sebagai mata pelajaran didalam pembelajaran.
Pada undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah digulirkan dan Peraturan-peraturan pemerintah yang telah mengatur keberadaan madrasah telah diterbitkan. Berdasarkan ketentuan perundangan ini maka madrasah, sejak dari tingkat ibtidaiyah sampai dengan tingkat aliyah, ditempatkan dalam kedudukan yang sama dengan sekolah-sekolah umum. Perbedaan terletak pada ciri khas islam yang dikenalkan kepada sistem madrasah. Ini tentu lebih mengukuhkan filosofi untuk mengkomodasikan kepentingan keagamaan dengan kepentingan kewarganegaraan.
Secara sah kita dapat menggatungkan harapan agar putra-putri bangsa yang menjadi input madrasah diolah menjadi SDM yang memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi secara memadai, serta memiliki daya kreativitas yang tinggi pula. Pada gilirannya diharapkan kaum terpelajar keluaran madrasah ini sanggup menjadi SDM Indonesia yang bisa merespon masa depannya secara tepat.
Akan tetapi, pada saat ini harapan tersebut belum terwujud, banyak output dari madrasah tidak sebaik sekolah umum, dalam penguasaan materi pembelajarannya baik ilmu umum ataupun ilmu agama setengah-setengah, mereka tidak mampu menguasai kedua-duanya, maka dari itu, ada beberapa perguruan tinggi umum yang tidak mau menerima lulusan dari madrasah, begitupula pada beberapa perusahaan tidak mau menerima pekerja lulusan dari madrasah.[1]
Maka dari itu diperlukan format atau konsep pendidikan islam yang mampu menciptakan output dan outcamp berkualitas, dalam artian menguasai ilmu umum dan ilmu agama secara mendalam, sehingga mereka akan dapat sejajar dan mendapat hak yang sama dengan lulusan sekolah umum, bahkan lebih berkualitas dibandingkan mereka.
B.     Rumusan Masalah
Pada makalah dibawah ini, ada bebrapa rumusan masalah yang akan diuraikan:
1.      Bagaimana Lembaga Pendidikan Islam yang ideal?
2.      Bagaiman Tujuan Pendidikan Islam yang ideal?
3.      Bagaimana guru yang ideal?
4.      Bagaimana pendidik atau guru yang ideal?
5.      Bagaimana metode pembelajaran yang ideal?
6.      Bagaimana sistem evaluasi yang ideal?
C.     Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah penulis memberikan suatu gagasan atau ide yang dapat di pakai dalam membentuk pendidikan islam yang ideal yang mampu menghadapi tantangan global.






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Konsep, pendidikan, islam dan pendidikan islam
1.      Pengertian Konsep
Dalam kamus KBBI konsep adalah suatu proses, cara atau rancangan.[2]
2.      Pengertian Pendidikan
Secara etimologi pendidikan atau padagogie berasal dari bahasa yunani, terdiri dari kata “PAIS” artinya anak, dan “AGAIN” yang artinya membimbing, jadi paedagogi yaitu bimbingan yang di berikan kepada anak. Dalam bahasa arab dikenal dengan istilah “tarbiyah”, berasal dari kata “raba-yarbu” yang berarti mengembang, tumbuh.
Secara defunitif pendidikan (padagogie) di artikan oleh paa tokoh pendidikan, sebagai berikut:
a.       John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fondamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
b.      SA. Bratanata dkk
Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung untuk mrmbantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan.
c.       Rousseau
Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.
d.      Ki Hajar Dewantara
Mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
e.       GBHN
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.[3]
3.      Pengertian Islam
Islam merupakan agama Allah yang di turunkan kepada para Rasul atau Nabi Adam As, sampai kepada Nabi atau Rasul Muhammad SAW, yang berisi ajaran tentang tata hidup dan kehidupan manusia.
      Agama Islam yang di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW adlah agam yang ajaran-ajarannya melengkapi atau menyempurnakan ajaran-ajaran agama yang di bawa oleh para nabi-nabi sebelumnya. Agama islam mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam sekitarnya yang menyangkut bidang aqidah, syari’ah dan akhlak (iman, islam dan ihsan).
      Ajaran islam memuat tentang hidup dan kehidupan manusia seluruhnya, maka nama islam pemakainnya untuk agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Allah berfirman:
¨bÎ) šúïÏe$!$# yYÏã «!$# ÞO»n=óM}$# 33
Artinya: Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. (Q.S Ali-Imron: 19)
Firman Allah tersebut menyatakan bahwa islam sebagai agama adalah yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW, karena agama-agama sebelumnya tidak berlaku lagi setelah turun ajaran agama yang di bawa oleh Rasul.
      Penegasan tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S Ali-Imran ayat 85:
`tBur Æ÷tGö;tƒ uŽöxî ÄN»n=óM}$# $YYƒÏŠ `n=sù Ÿ@t6ø)ムçm÷YÏB uqèdur Îû ÍotÅzFy$#
 `ÏB z`ƒÌÅ¡»yø9$# ÇÑÎÈ
Artinya: Barangsiapa mencari agama selain agama islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.(Q.S Ali-Imran: 85).[4]
4.      Pengertian Pendidikan Islam
Beberapa pendapat dari para tokoh tentang definisi pendidikan islam:
a.       Drs. Ahmad Somad
Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran isalm.
b.      Drs. Burlian Somad
Suatu pendidikan dikatakan pendidikan islam, jika pendidikan itu bertujuan membentuk individu menjadi bercorak diri berderajat tertinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya untuk mewujudkan tujuan itu adalah ajaran Allah.
c.       Drs. Usman Said
Pendidikan agama islam ialah segala usaha untuk terbentuknya atau membimbing atau menuntun rohani jasmani seseorang menurut ajaran islam.
d.      Drs. Abd. Rahman Shaleh
Pendidikan Agama Islam ialah segala usaha yang di arahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang merupakan dan sesuai dengan ajaran Islam.
e.       Dr. H. Zuhairini
Pendidikan agama berarti usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran islam.
Adapun menurut hemat penulis, dengan memperhatikan faktor-faktor pendidikan, maka definisi pendidikan islam adalah sebagai berikut:
Pendidikan islam ialah suatu aktifitas atau usaha pendidikan terhadap anak didik menuju ke arah terbentuknya kepribadian muslim yang muttaqiem.
Kepribadian merupakan bersatunya ajaran dengan dirinya atau bercorak diri atau personaliti.
Kepribadian muslim adalah kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai islam dan bertanggung jawab sesuai nilai-nilai islam.
Muttaqiem adalah ornag-orang yang bertakwa kepada yang maha pencipta, yaitu Allah SWT, sedang takwa artinya mentaati atau melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala yang di larang-Nya, beramar ma’ruf nahi mungkar.[5]
Jadi konsep pendidikan islam adalah suatu format pendidikan islam, dari mulai lembaga, kurikulum maupun lainnya memiliki basis islam atau landasannya adalah islam, yang akan membentk kepribadian muslim yang muttaqin.
B.     Konsep Pendidikan Islam yang Ideal
Menurut Gus Dur, pendidik harus memiliki perpaduan antara corak kharismatik dan corak yang demokratis, terbuka dan menerapkan manajemen modern. Guru juga harus benar-benar memahami makna pendidikan dalam arti sebenarnya.[6]
Dalam membentuk pendidikan islam yang ideal kita perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu:
1.      Model Lembaga Pendidikan
Model lembaga pendidikan pesantren merupakan pendidikan islam yang ideal, akan tetapi untuk mengikuti perkembangan zaman serta agar dapat menghadapi tantangan globalisasi perlu beberapa pembaharuan dan penyesuaian yang harus dilakukan dalam pendidikan pesantren tanpa harus meninggalkan esensi pesantren yang sesungguhnya.
a.       Lembaga pendidikan formal
Dalam sebuah pesantren di perlukan sebuah pendidikan formal berupa SD, SMP, SMP dan Perguruan tinggi. adalahyang mana pada pendidikan tersebut para santri akan difokuskan pada ilmu umum atau sains dan teknologi maupun bahasa asing.
b.      Lembaga pendidikan non formal
Lembaga pendidikan non formal disini adalah pendidikan yang difokuskan pada ilmu agama, pengkajian Al-Qur’an, kajian kitab-kitab fiqh, kajian kitab kuning, nahwu sorof maupun hafalan Al-Quran dll. Hal ini dikarenakan, selain menguasai ilmu umum, santri juga menguasau ilmu agama. Agar antara IQ, EQ dan ESQ dapat seimbang.

2.      Tujuan Pendidikan
Dalam suatu pendidikan harus memiliki tujuan atau Visi dan Misi yang jelas baik dalam pendidikan formalnya maupun non formal.
a.       Tujuan Pendidikan Formal
Tujuan adanya pendidikan formal pada pesantren ini, sebagai salah satu cara agar para santri dapat mengikuti perkembangan zaman dan tidak gagap teknologi, agar kelak dapat bersaing dengan lulusan sekolah pada umumnya.

b.      Tujuan pendidikan non formal
Tujuan pendidikan non formal berupa madrasah adalah santri dapat menguasai ilmu agama secara utuh, mendarah daging dan dapat mengaplikasikan ilmu tersebut dalam segala hal, baik dalam dunia pendidikan, sosial maupun dalam bernegara.
Dari tujuan pendidikan formal dan non formal diatas, diaharapkan dapat mewujudkan terciptanya kualitas anak didik atau santri yang mempunyai kemampuan “4 H”, yaitu head (aspek kognitif dan kecerdasan otak), heart (aspek afektif, kecerdasan emosi dan spiritual), hand (aspek psikomotorik dan kecakapan teknis) dan honor (aspek interaktif dan kecerdasan sosial).[7]
3.      Kurikulum Pembelajaran
Kurikulum pendidikan islam harus mengikuti perkembangan zaman dan kondisi saat ini. Kurikulum pendidikan islam didesain untuk memenuhi unsur-unsur pendidikan islam:
a.       Al-Islah, Dapat memperbaiki kesalahan dan kekurangan serta kelemahan siswa atau santri.
b.      Al-Irsyad, dapat menunjukan pada tujuan-tuuan Islam.
c.       An-Numuwwu, dapat menumbuhkan kemampuan dan potensi siswa atau santri.
d.      At-Tathwir, dapat mengembangkan wawasan dan kemahiran hidup.
e.       At-Taujih, dapat mengarahkan pada ruang lingkup kehidupan Islami.
Pendekatan yang digunakan dalam ruang lingkup tersebut dirancang untuk dapat menjalankan fungsi-fungsi pendidikan untuk melahirkan peserta didik yang siap kembang, siap didik, siap latih, siap kerja dan siap bersaing.[8]
4.      Pendidik atau Guru
Bukan hanya lembaga dan kurikulum saja yang perlu diperhatikan, akan tetatapi dalam membentuk suatu pendidikan islam yang ideal diperlukan seorang pendidik atau guru yang memiliki intelektual yang tinggi bukan hanya ilmu umum tetapi ilmu agama pula, bagus secara NAM, afektif, kognitif dan psikomotorik. Menguasai 4 kompetensi guru (pedagogic, kepribadian, sosial dan professional), memiliki sikap “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa”.
5.      Metode pembelajaran
Melihat perkembangan zaman dan IT, metode pembelajaran harus berubah-ubah tidak ajeg, penggunaan media sangat diperlukan sebagi salah satu alat penunjang untuk membantu dan mempermudah pembelajaran, antara metode dan media yang tepat digunakan agar pembelajan berjalan secara efektif.
Terkait pembelajaran, Gus Dur menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran di pesantren harus mampu merangsang kemampuan berfikir kritis, sikap kreatif dan juga merangsang peserta didik untuk bertanya sepanjang hayat. Ia menolak sistem pembelajaran doktiner yang akhirnya hanya akan membunuh daya eksplorasi anak didik.[9]
6.      Sistem penilaian atau evaluasi
Evaluasi merupakan suatu alat ukur, untuk mengetahuahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah di ajarkan.
Gus dur mengemukakan sistem penialaian yang ideal, dalam menilai, perlunya pembinaan dan pelatihan-pelatihan tentang peningkatan yang berorientasi proses (process oriented) yaitu, proses lebih penting daripada hasil. Pendidikan harus berjalan diatas rel ilmu pengetahuan yang substantif. Oleh karena itu, budaya pada dunia pendidikan yang berorientasi hasil (formalitas), seperti mengejar gelar atau title dikalangan praktisi pendidikan dan pendidik.[10]






















BAB III
KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa KONSEP PENDIDIKAN ASRAMA ATAU PESANTREN MEMBENTUK MANUSIA ISLAMI, merupakan suatu konsep pendidikan islam yang ideal, dimana di dalamnya terdapat lembaga pendidikan formal dan non formal, yang memiliki kurikulum berpacu pada islam, dari mulai pendidiknya, metode serta model evaluasi di buat mengikuti perkembangan zaman yang mana diharapkan dapat menyelesaikan permasalah pendidikan saat ini, konsep pendidikan ini diharapkan dapat membentuk peserta didik yang memiliki IQ, EQ dan ESQ yang baik, outputnya dapat mengaplikasikannya serta dapat bersaing dengan yang lainnya, baik dalam prestasi, intelektual maupun dunia kerja.

















DAFTAR PUSTAKA

E-KBBI.
Fadjar, Malik, Holistik Pemikiran Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005.
Pemalang, STIT (Agus Priyono), Jurnal Ilmiah Madaniyah, Pemalang: STIT Pemalang, 2011.
Uhbiyati, H. Abu Ahmadi dan Nur, ILMU PENDIDIKAN, Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 2001.










[1] Malik Fadjar, Holistik Pemikiran Pendidikan. (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005), hlm. 241
[2] E-KBBI
[3] H. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, ILMU PENDIDIKAN, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 2001), cet. II, hlm. 70
[4] Ibid, hlm. 109
[5] Ibid, hlm. 111
[6] Abdul katar Al-Ghazali, http://sosioakademika.blogspot.co.id/2015/10/pemikiran-pendidikan-islam-kh.html
[7] STIT Pemalang (Agus Priyono), Jurnal Ilmiah Madaniyah, (Pemalang: STIT Pemalang, 2011), hlm. 18.
[8] Ibid, hlm. 18
[9] Ibid.
[10] Ibid

2 komentar:

  1. bagus ..teruslah berlatih berkarya tanpa lelah

    BalasHapus

  2. silahkan kunjungi Jurnal Madaniyah Online di

    http://journal.stitpemalang.ac.id/index.php/madaniyah/index

    BalasHapus